LAPANGNYA DADA
Imam Ibnul Jauzi menuturkan dalam Shifatush Shofwah bahwa Al Fadhl bin Abi Ayyash berkata:
"Suatu hari saya duduk bersama Wahab bin Munabbih. Datanglah seseorang dan berkata: saya bertemu dgn fulan dan dia mencacimu."
Maka Wahab pun marah dan berkata: "Apakah syetan tidak mendapatkan utusan selain dirimu?!"
Belum lagi orang itu pergi, datanglah orang yg disebutkan mencaci Wahab.
Orang itu mengucap salam ke Wahab. Wahab menjawabnya, mengulurkan tangannya utk menyalaminya dan mempersilakan duduk di sampingnya.
(Bayangkan posisi kita di posisi Wahab yg mendapat laporan tentang orang yg menghina kita di belakang kita.
Dan bedakan kualitas marah kita dengan marahnya Wahab.
Salamatush shodr....
Dan bedakan kualitas marah kita dengan marahnya Wahab.
Salamatush shodr....
Selamatnya dada, kelapangan jiwa.
Wahab justru menganggap kedatangan orang itu adalah utusan syetan.
Syetan yg membelah tautan hati.
Syetan yg menyempitkan jiwa, menyesakkan dada.
Jangan mau diperdaya syetan.
Lapangkan dada...
Jiwa sempit membuat hidup ini menjadi sesak.
-------------------------------------------------------------------------
Ustadz Budi Ashari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar