Pencarian

Sabtu, 10 Januari 2015

Kami Rindu Rasulullah

[DAN, GURUKU PUN AKHIRNYA MENANGIS..]

Membaca status teman-teman facebook yang ada di beranda perihal penyerangan sekelompok orang ke kantor majalah Charlie Hebdo, mengingatkan saya pada kisah salah seorang sahabat yang hendak meng-qishos Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, diceritakan oleh guru kami Syeikh Dr. Al-Jaabiriy hafidzohullah (dosen mata kuliah Tarbiyah Islamiyah) kurang lebih 2 setengah tahun yang lalu, tidak lama setelah kasus karikatur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang dirilis oleh redaksi majalah Charlie Hebdo yang berpusat di Prancis -qotalahumullah-.

Kurang lebih begini kisahnya :

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merapatkan shaf para sahabat di perang Badar, secara tidak sengaja cambuk yang ada di tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai perut sahabat Sawad bin Ghoziyyah rodhiallahu ‘anhu, sebab waktu itu beliau sedikit lebih maju dari yang lain,

“Luruskan (shaf) wahai Sawad..!” Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Engkau telah menyakitiku ya Rasulullah..” Jawab Sawad.

“Allah telah mengutus engkau dengan haq, maka perkenankanlah aku untuk meng-qishohmu..!” Pinta Sawad kepada Rasulullah untuk mencambuk tubuh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tanpa fikir panjang Rasulullah pun mempersilakan sahabatnya itu untuk membalas cambukan tersebut.

“Tatkala cambukmu mengenai perutku, tak ada sehelai kainpun yang menghalanginya,” Ujar Sawad kembali.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam langsung menyingkap bagian perut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dicambuk. Namun apa yang terjadi?

Ternyata Sawad bin Ghoziyyah melepaskan cambuk dari genggamannya dan memeluk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mencium perut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allahu Akbar..!!

seketika, mimik wajah guru kami berubah, suaranya yang serak-serak basah semakin lirih dan membuat kami, para mahasiswa terbawa arus kisah, seakan-akan kami sedang menyaksikan dengan mata kepala sendiri tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ingin diqishos.

“Apa gerangan yang membuat engkau melakukan ini wahai Sawad?”

Tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam heran.

“Wahai Rasulullah bukankah sekarang kita dalam peperangan, dan tidak ada jaminan bagiku dari kematian, maka aku ingin mengakhiri hidup ini dengan menempelkan kulitku dengan kulitmu.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendo’akan sahabat ini dengan kebaikan, dan ternyata do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikabulkan oleh Allah, Sawad bin Ghoziyyah memperoleh gelar syahiid pada pertempuran itu.

Tak terasa, butir-butir air mata meleleh ke pipi guru kami, sambil menerangkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik Nabi dan Rasul, pemimpin yang paling adil, lantas apa urusan mereka, orang-orang kafir yang membuat karikatur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam..?!

Keadaan kelaspun hening, larut berkabut kerinduan yang membuncah kepada Rasul pilihan, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tak sedikit dari mahasiswa yang ikut melelehkan air mata bersama guru kami. Berbayang betapa kejinya orang-orang kafir yang menghina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi. Akhlaq beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah cerminan Al-Qur’an kalamullah, Rabb yang Kasih-Nya menyelimuti seluruh alam beserta isi, tak terkecuali kepada orang-orang kafir.

Ya, meski demikian pelecehan orang kafir tersebut setitikpun tidak akan pernah mengurangi kemulian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demi Allah..!! tidak akan pernah..!! Hanya orang-orang picik nan kerdil akalnya yang berani menghina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena sejarah telah menoreh dengan tinta permata berlian akan keagungan dan kemulian akhlak baginda Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Allahumma sholli wa sallim wa barik ‘ala Rosulin karim, Muhammad ibn ‘Abdillah -shallallahu ‘alaihi wasalam wa ‘ala ahli baitihi wa shohbihi ajma

sumber : FP Di Kota Nabi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar