Subhanallah, walhamdulillah, allahu akbar.
Saya merasakan ada yang tidak beres dengan tubuh saya, terasa pegal namun pagi itu sy tetap berolahraga ringan di lapangan walikota, lari-lari kecil sekitar 5 putaran, kemudian malamnya saya bermain badminton.
Hampir 3 bulan belakangan sebelum tidur sy minum obat orinox dan methilprednison untuk menghilangkan nyeri ditangan dan kaki.
Saya menjadi pengawas ujian di salah satu SMK di kota jambi, kondisi fisik saya tambah kelelahan karena sehabis main badminton malam itu. Biasanya setiap senin kegiatan saya tidak begitu banyak, paling hanya mengetik beberapa kode dan istrirahat diruangan.
Namun kegiatan saya mengawas dari pagi sampai sore menambah drop kondisi saya.
Saya mulai merasakan sedikit meriang dan batuk ringan, saya masih menjadi pengawas dan selalu memakai masker.
Saya kembali kerja di kantor, demam dibadan saya sudah semakin jelas.
Indra pengecap dan penciuman saya sudah terasa mulai hilang, batuk-batuk sudah mulai muncul. Adanya event yang sangat penting dikantor membuat saya pulang sampai ba'da maghrib.
Indra pengecap dan penciuman sudah hilang total, badan mulai terasa demam, panas dingin, hampir seluruh tubuh dari kaki sampai leher terasa pegal-pegal, saya sudah tidak masuk kantor karena merasa kondisi ini hampir 70% terinfeksi covid-19 mengingat kakak ipar saya yang rumahnya hanya berjarak 10 meter sudah positif covid-19, saya harus melewatkan event penting dikantor yang alhamdulillah dibackup oleh teman-teman dan bisa mengikuti secara virtual.
Nyeri diseluruh tubuh saya semakin menjadi-jadi, rasa sakitnya luar biasa, seluruh tubuh saya benar-benar terasa nyeri dan pegal. Badan saya terasa sangat panas sekali, setiap buang air besar muncul darah dan bab terasa sangat panas. Hari itu, saya minum beberapa vitamin dan rebusan daun sungkai + madu.
Saya melakukan swab di puskesmas Pal 10. Panas sudah berkurang, nyeri mulai hilang, namun masih batuk sedikit.
Ramadhan yang penuh berkah pun datang, Alhamdulillah dihari pertama ramadhan, saya masih bisa berpuasa sampai sore. Kondisi sudah sedikit membaik, panas sudah turun, nyeri sudah mulai hilang, entah kenapa malam itu saya kembali mengkonsumsi orinox dan methilprednisolone.
Ramadhan hari ke-2, pagi itu saya mulai merasa batuk yang hebat, tenggorokkan terasa sangat haus dan sakit, batuk tidak berhenti hingga sore itu saya merasa haus yang sangat luar biasa, batuk yang semakin menjadi-jadi, badan saya sudah panas dingin, nyeri-nyeri kembali datang.
Kurang lebih jam 17.00 saya memutuskan membatalkan puasa tapi sepertinya sudah terlambat, Karena sy sudah merasa dehidrasi yang luar biasa. Sore itu saya merasa hampir pingsan.
Qoddarullah, malam harinya saya makan dengan makanan yang cukup pedas, tujuannya untuk membangkitkan selera makan namun ini sepertinya malah memperburuk keadaan, malam itu saya terbangun hampir setiap setengah jam untuk buang air kecil.
Hasil swab saya dan istri keluar, kami berdua positif covid-19.
Kondisi saya pagi itu semakin memburuk, saya sudah tidak bisa berpuasa, ketika hendak wudhu subuh dirumah, saya hampir saja terjatuh karena seluruh badan terasa lemas dan nyeri, saya kehilangan tenaga, batuk sudah semakin parah.
Subuh itu, untuk berjalan dari toilet ke kamar saja saya hampir tidak sanggup, saya harus merangkak karena istri belum bangun.
Segala puji bagi allah yang telah memberi keringanan, saya sholat subuh dengan berbaring. Seharian badan saya sangat nyeri, sampai siang kondisi saya tidak berubah, batuk menjadi semakin buruk.
Sorenya saya ke IGD Rs. Abdul Manaf untuk checkup, Qoddarullah Gula darah saya naik sampai 400 padahal saya tidak ada riwayat diabetes, Saturasi atau Oksigen saya hanya 92, Suster menyarankan saya untuk dirawat di ruang isolasi covid-19.
Rasanya panik luar biasa, sebelumnya saya tidak pernah dirawat dirumah sakit.
Istri saya diperbolehkan pulang karena tidak ada gejala apa-apa, hanya diberi obat dan vitamin untuk dirumah. Sebenarnya pasien covid-19 yang kondisinya sangat lemah boleh ditemani, namun yang menemani tidak boleh pulang sampai pasiennya bisa pulang. Entah pulang ke rumah atau berpulang ke Sang Pencipta.
Sore itu terasa sangat berat, sedih sekali rasanya harus berpisah dengan istri yang tatkala itu hanya bisa mengantar saya sampai di lift gedung covid-19 Rs. Abdul Manaf.
Hari itu saya seperti memasuki dunia baru. Satu kamar 2 orang termasuk saya. Saya sekamar dengan pasien covid lainnya, terlihat pasien itu sudah hampir sembuh.
Hari itu, saya baru sholat ashar hampir jam 18.00.
Malamnya saya tidak bisa tidur, Nafas terasa sesak, sangat sedikit sekali nafas yang bisa saya tarik, mungkin 20% atau bahkan rasanya cuma 10% dari biasanya, badan masih panas, batuk tambah parah, hampir setiap setengah jam saya buang air kecil ke toilet, sulit sekali rasanya berjalan ke toilet walaupun jarakny kurang dari 3 meter, nafas rasanya ngos-ngosan. Setiap dari toilet, nafas saya semakin sesak, setiap dari toilet saya harus minum air panas/hangat untuk meng-enakkan kondisi tubuh.
Aktivitas sholat saya lakukan dengan berbaring, karena untuk duduk saja nafas terasa sesak, sedikit saja aktivitas yang saya lakukan maka nafas bertambah sesak, saya terus minum air panas untuk meredekan batuk dan sesak.
Malam itu benar-benar menyiksa, saya tidak bisa tidur sampai pagi, merintih-rintih saya memohon pertolongan dari allah ta'ala.
Rasa mual mulai datang, tidak ada selera makan pagi itu, padahal teman sekamar saya mengatakan makanan di rumah sakit enak-enak.
Menu makanannya terdiri dari nasi, sayur dengan kuah, lalu ada 2 lauk, biasanya didominasi oleh ikan dan ayam, ditambah telur rebus sudah pasti ada, lalu ada tempe dan tahu.
Saya harus memaksakan diri untuk makan, saya ingin sembuh dan pulang. Setiap suap nasi, saya dorong dengan air hangat. Tak jarang saya muntah dan kembali mencoba makan. Dapat makan 6 atau 7 suap saja rasanya sudah sangat senang.
Hari itu, saya hanya bisa berbaring dan ke toilet hanya untuk buang air kecil. Hari itu pun saya mulai mendengar suara muntah dan jeritan orang-orang yang tidak tahan dengan kondisi covid, entah dari kamar mana, setiap kali waktu makan, suara-suara itu selalu terdengar. Sungguh rasa syukur terus sy ucapkan jika mendengar jeritan dan suara muntah pasien lain, setidaknya suara saya tidak sampai seperti itu.
Saya minta istri membawakan termos agar air panas bisa standby, namun ternyata menggunakan botol plastik arthes lebih praktis walaupun tidak disarankan, tapi ini tidak menguras tenaga, saya benar-benar harus beraktivitas sesedikit mungkin, bahkan untuk membuka tutup termos dan menuangkan air ke gelas pun rasanya menyiksa. Setiap terbangun dari tidur, sy usahakan minum air panas.
Mulai malam ini, saya sudah memakai suntik insulin untuk mengontrol gula darah.
Kondisi badan masih lemah, oksigen masih di 92-93. Kondisi saya masih sama, nafas masih sesak, batuk juga tambah parah, ditambah rasa mual yg sangat dashyat. Berkali-kali saya minta ke kakak sy untuk pulang ke rumah, berat sekali rasanys menjalani kondisi ini tanpa istri tercinta disisi.
Alhamdulillah, ba'da subuh kondisi sy cukup stabil.
Di pagi hari jam 09.00 sy cb keluar kamar utk berjemur. Qoddarullah ada pendamping pasien yg mengatakan berjemur diatap lebih luas, sy cb berjalan menaiki tangga, 2 lantai dari kamar saya, sesampai diatap nafas kembali sesak, sy kelelahan, hampir pingsan, kurang lebih setengah jam diatap, sy cb turun perlahan dan sesampai dikamar lgsung minum air panas.
Qoddarullah malamnya badan saya panas lagi, nyeri di seluruh badan kembali lagi, saya memperbanyak minum dan buang air kecil, dan saya pun menyimpulkan sendiri bahwa covid ini memang tidak boleh capek, makan tidur dan aktivitas ringan saja yg bisa sy lakukan.
Gula darah saya masih di angka 270 - 330
Segala puji bagi allah atas segala nikmatnya, saya mulai bisa membaca Al Quran walaupun sedikit-sedikit, setelahnya mual di perut saya terasa enakan. Sungguh Al Quran itu adalah penyembuh.
Saturasi oksigen mulai naik jadi 93-94. Batuk mulai berkurang, nafas sudah mulai enak asalkan bisa mengatur aktivitas namun mual masih terasa luar biasa.
Gula darah mulai diangka 240. Makan harus ekstra hati-hati karena terlalu cepat bs muntah, mual itu selalu saja ditemani sakit kepala, jarang sekali mereka berpisah.
Saya sudah bisa keluar kamar, ngobrol2 dgn pasien lainnya di teras, terkadang bercanda, saling berbagi informasi dan saling menyemangati.
Ada 5 pasien yg sayangnya saya lupa untuk berbagi kontak, kami sering ngobrol diteras, 2 diantaranya menemani istri yg positif covid dengan kondisi hamil muda. Satu lagi menemani ibunya yg sangat lemah.
Aktivitas saya hari ini dan seterusnya dimulai dari ba'da subuh saya makan roti gabing tawar untuk mengganjal perut yang kosong, terkadang sebelum subuh sudah makan roti.
Makan pagi baru datang jam 06.00, setelahnya sekitar jam 08.00 saya duduk diteras luar, menunggu sinar matahari utk berjemur dengan membawa termos dan 4 roti tawar. Tak jarang sambil ngobrol dengan pasien lain yg sama2 menanti sinar mentari pagi. Jam 10an saya kembali ke kamar untuk tidur sejenak.
Makan siang datang jam 12.00, setelahnya saya tidur sampai ashar, selesai ashar sy duduk lagi di teras, menanti senja yang indah di bulan yang penuh berkah.
Jam 18.00 makan malam datang, setelah maghrib biasanya saya video call dengan keluarga.
Ba'da isya, terkadang saya langsung tidur, terkadang keluar sebentar untuk ngobrol2 tak lebih dari setengah jam.
Pagi hari saya di swab kedua kali, sepertiny jadwal swab dirumah sakit setiap sepekan dari swab pertama, rasanya lebih sakit dari swab pertama. Saya juga diberikan antasid untuk mengurangi mual. Aktivitas saya masih seperti sebelumnya, namun saya menyadari bahwa terlalu banyak ngobrol (bicara) ternyata bikin lelah, nafas terasa sesak walaupun tidak terlalu, covid memang luar biasa, dia tidak membiarkan kita lelah walau sedikit saja.
Alhamdulillah mual sudah jauh berkurang. Aktivitas masih seperti sebelumnya. Saya sudah mulai terbiasa dengan keadaan disini.
Dari suster yang ingin mengganti lokasi infus saya pagi ini, saya mengetahui bahwa hasil swab kedua saya masih positif covid, saya tidak begitu perduli, yg terpenting mual saya sudah mulai hilang dan nafas jauh lebih baik.
Segala puji bagi allah, pagi ini saya baru merasakan nikmatnya makan, ternyata benar, masakan rumah sakit ini enak-enak. Saya sampai menangis dapat merasakan makanan pagi itu. Subhanallah walhamdulillah, allahu akbar.
Hari ini selang oksigen pun sudah tidak lagi saya gunakan karena nafas sudah bisa ditarik cukup panjang, sekitar 70% dari biasanya. Gula darah sewaktu sudah di angka 170an, tensi normal di 130an, Saturasi oksigen diangka 94 - 95.
Malam hari ba'da maghrib kami kedatangan pasien baru, jadi sekarang kami bertiga dikamar ini. Pasien ke 3 dikamar kami ini terlihat kondisinya cukup baik, kisaran umur up to 45.
Sekarang kami berbagi toilet, ada 2 toilet, 1 toilet untuk pasien baru, satu lagi untuk saya dan pasien lama.
Qoddarullah Saya terkena ambeien luar, mungkin karena perut panas dan aktivitas yg hanya baring dan duduk terlebih duduknya dilantai sehingga membuat radang di rektum. Cukup besar, kurang lebih separuh jari kelingking org dewasa. Duduk rasanya sangat tidak nyaman.
Akhirny saya dikirim obat ardium 1000 dan salep borraginol.
Malam jumat itu, pasien ke 3 dikamar kami mulai batuk-batuk dan muntah, sepertinya siang itu beliau puasa dan berbuka hanya dengan jeruk. Hampir dua jam batuk dan muntahnya tidak berhenti, saya hanya bisa membantu menelpon suster dan memilih keluar dari kamar karena pasien ini tidak menggunakan masker, jadi rada khawatir juga.
Kondisi pasien ke 3 dikamar saya terlihat semakin parah, saya dan pasien satu lagi yang hampir sembuh pun merasa khawatir, akhirnya saya minta kakak saya untuk mengusahakan pulang, karena setau saya minimal perawatan 10 hari, maksimal 14 hari.
Kondisi saturasi oksigen saya hari ini sudah 96, gula darah puasa sudah dibawah 100, setelah makan 180 dan sewaktu 150.
Siangnya, dokter visit, dan saya pun mengutarakan ingin pulang, dokter kemudian berkata kalau kondisi saya sudah baikan, sudah bisa isolasi mandiri dirumah, sabtu besok sudah bisa pulang.
Allahu akbar, rasanya hati ini bahagia sekali.
Ba'da ashar infus saya sudah dilepas, segala puji bagi allah, hidup terasa bebas sekali. Saya bisa mandi dengan leluasa, sebelumnya saya hanya mandi 2 atau 3 hari sekali, karena melepas baju kaos dengan infus di tangan kanan itu sangat susah apalagi ditambah sesak nafas.
Alhamdulillah maghrib hari itu saya sudah mulai sholat dengan berdiri. Subhanallah rasanya bahagia sekali, malamnya ba'da maghrib saya diminta untuk rontgen, keluar dari gedung covid itu rasanya aneh, sulit diungkapkan, saya berjalan menyusuri rumah sakit abdul manaf bersama perawat dengan pakaian APD, ke lantai 2, saya merasa orang-orang melihat ke kami, mungkin kelihatan sekali klo saya pasien covid.
Selesai di rontgen saya kembali ngobrol dengan teman-teman di teras, pasien ke 3 dikamar kami masih terlihat lemah, di dominasi batuk dan muntah, saya cuma bisa menolong nelponin perawat karena beliau berkali-kali memanggil perawat dengan suara yg lemah, sesekali saya membantu mengambilkan air panas, sebenarnya kasian sekali melihat kondisi pasien ke 3 ini, namun karena ini penyakit covid jadi sulit sekali untuk menolong, karena kita khawatir juga dengan kondisi diri sendiri, paling jauh, saya hanya menolong mengisi air panas di botol, setelah itu cuci tangan dan terasa cukup cemas.
Malam itu saya baru ke kamar jam 22.00 dan baru tertidur sekitar jam 23.00an, mungkin karena nervous besok mau pulang, jadi tidur agak susah.
Saya terbangun pas adzan subuh, tidur rasanya nyenyak sekali. Seperti biasa, selesai sholat saya duduk-duduk diteras menunggu fajar, rasanya deg-degan karena hari mau pulang.
Pasien yang kedua pun juga mengajukan pulang, jika tidak ada perubahan rencananya hari ini kami berdua bisa pulang.
Sekitar jam 08an saya coba telpon perawat untuk konfirmasi kepulangan, lalu saya diminta untuk menyiapkan dokumen, Fotocopy ktp, bpjs, materai 10 ribu 2 lembar.
Ba'da dzuhur saya sudah siap-siap membereskan pakaian, makanan dan semua perlengkapan untuk dibawa pulang, ada 3 kantong besar, 2 penuh, satunya hanya sedikit, tentunya didominasi oleh baju kotor.
Kisaran jam 14.00 istri saya datang dengan motor, saya pun ditelpon perawat untuk siap-siap. lalu perawat juga meminta maaf karena tidak bisa mengantar karena sedang visit ke ruangan. Sebetulnya saya ingin sekali ke ruangan perawat dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas perhatian dan perawatan selama ini, semua perawat itu melayani kami dengan sangat baik dan sabar sekali. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan kebaikan yang banyak di dunia dan di akhirat.
Saya pun turun sendiri ke lantai dasar, ketemu sama teman sekamar yang ternyata juga sudah mau pulang jg, lalu naik lagi ke lantai 1 dan bertemu dengan istri. Segala puji bagi allah, rasanya bahagia sekali.
Setelah mengambil obat diapotik, diantaranya insulin, glimep, metformin, lansoprazol dan lain2, saya pun pulang dengan motor, alhamdulillah rumah sakitnya tidak jauh dari rumah saya, tidak sampai 5 menit saya sudah sampai dirumah.
Allah memang maha baik, segala puji bagi allah dalam setiap keadaan.
Sesampai dirumah saya mandi dan istirahat.
Alhamdulillah, walaupun nafas saya rasanya masih 90%, namun lega sekali rasanya bisa berada dirumah. Saya tetap prokes, karena berdasarkan swab terakhir saya masih positif, belum bisa memeluk dan mencium anak-anak.
Setelah 2 hari dirumah, saya mencoba untuk puasa, namun baru jam 09.00 perut terasa sangat lapar, lemas sampai keringatan, segera saya batalkan. Setelah konsultasi ke dokter baru saya ketahui bahwa Alhamdulillah gula darah saya sudah normal, insulin yang digunakan setiap malam membuat gula darah saya turun menjadi sangat rendah, akhirnya dokter menyuruh untuk tidak menggunakan insulin, hanya glimep dan metformin saja.
Besoknya saya coba puasa namun jam 10 saya merasakan yang sama, lapar dan lemas, lalu sy coba untuk tidak meminum glimep. baru kemudian saya dapat puasa sampai sore.
Covid menyisakan diantaranya, saya harus makan perlahan, karena perut saya terkadang masih merasakan mual. Setiap ada makanan baru, saya hanya bisa memakan sedikit.
3 hari setelah pulang, nafas saya sudah normal 100%. Ada sisa-sisa trauma, setelah sahur, jika tenggorakan terasa kering dan gatal saya langsung batal dengan minum air hangat.
Dirumah saya mulai sering minum rebusan daun sungkai, terkadang air safron juga, untuk madu saya belum berani, karena tidak tau keasliannya.
Saya melakukan swab ke 3 bersama istri, karena di swab ke 2 istri masih dinyatakan positif.
Swab ke 3 ini sakitnya luar biasa, rasanya saya tidak ingin di swab lagi.
Menggunakan mobil dengan kondisi ambeien saya yang masih cukup besar benar-benar terasa menyiksa, akhirnya kontrol lagi ke dokter, sekalian cek gula darah.
Dokter menyuruh saya untuk stop mengkonsumsi obat orinox dan methilpredisolone karena obat ini yang mengakibatkan gula darah saya naik, saya pun diberikan obat antir nyeri lainnya yang tidak berefek pada gula darah, untuk ambeien masih tetap setia dengan ardium, hanya saja sekarang harus diminum 2x sehari.
Teman saya di Balai POM Jambi mengabarkan bahwa hasil swab saya dan istri negatif covid, namun saya masih merasa was-was, takutnya kalau salah informasi atau ada hal lainnya.
Kakak ipar saya menginformasikan bahwa hasil swab saya dan istri memang negatif, saya pun meminta surat hasil swab untuk disampaikan ke kantor.
Ternyata kantor juga mau libur, akhirnya saya tidak jadi masuk kerja, liburnya nyambung dengan libur lebaran idul fitri, subhanallah, hampir 2 bulan saya tidak masuk kerja.
Saya pun berani mengabari bapak saya tentang hasil swab, masyaallah beliau sangat bahagia karena bisa berkumpul lagi, terlebih sebentar lagi lebaran idul fitri.
Diantara sisa-sisa perawatan covid kemarin adalah rasa trauma dan mual, sampai dengan saat ini, saya masih menjaga gaya makan, antasid dan lansoprazole masih tetap saya minum, ditambah metformin dosis rendah.
Terkadang perut terasa kembung, kakak saya bilang mungkin efek dari metformin dan lansoprazole.
Ambeien saya sudah tinggal sedikit lagi hilang.
Terkadang rasa paranoid dengan gula darah membuat saya sering sekali mengecek gula darah, alat ceknya sudah saya beli tidak lama setelah keluar dari rumah sakit, merk EasyTouch, bisa untuk cek gula darah, asam urat dan kolesterol, harganya tidak sampai 200.000.
Saya juga mulai mengatur pola makan, makan buah dan sayur sudah wajib dan sudah terbiasa juga selama di rumah sakit.
Kue lebaran yang luar biasa menggoda itu terpaksa saya tinggalkan, paling berani saya makan 5 nastar dan 2 kue salju, itupun langsung ketakutan dan buru-buru cek gula darah, benar-benar parno. Padahal sebelumnya, satu toples itu bisa saya habiskan sendirian. Sepekan sekali ba'da subuh saya selalu cek gula darah.
Diantara hasil diagnosa dokter, 3 bulan belakang gula darah saya memang sudah tinggi, kemungkinan hal ini disebabkan saya sudah hampir 3 tahun belakangan ini ketergantungan dengan methylprednisolone untuk alergi pilek dan polip. 3 bulan belakang saya juga sangat sering (lebih sering dari biasanya) mengkonsumsi methylprednisolone dan orinox untuk menghilangkan nyeri ditangan dan Terinfeksi Covid membuat gula yang tinggi itu semakin melejit tinggi lagi, Subhanallah, semua memang ada ilmunya.
Untuk makan sehari-hari, saya tidak menggunakan beras merah, masih tetap beras biasa, porsinya berkurang sedikit, walaupun sesekali nambah juga. Karena waktu kontrol ke 3, dokter mengatakan tidak mengapa menggunakan beras biasa dan jumlah nasinya dikira-kira saja, tidak perlu sampai ditimbang.
Diantara hikmah musibah ini, mungkin allah ta'ala ingin saya lebih memperhatikan jasad yang dititipkan ini agar lebih bisa dirawat dengan baik.
Mungkin allah ta'ala juga ingin saya lebih banyak bersyukur disetiap keadaan.
Beberapa Pelajaran dari Al Quran yang dapat saya ambil selama dirumah sakit ada di ayat-ayat berikut :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ مَنْ يُّنَجِّيْكُمْ مِّنْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ تَدْعُوْنَهٗ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۚ لَئِنْ اَنْجٰٮنَا مِنْ هٰذِهٖ لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
"Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut?" (Dengan mengatakan), "Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.""
(QS. Al-An'am 6: Ayat 63)
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّـفْسٍ وَّا حِدَةٍ وَّجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ اِلَيْهَا ۚ فَلَمَّا تَغَشّٰٮهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهٖ ۚ فَلَمَّاۤ اَثْقَلَتْ دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ اٰتَيْتَـنَا صَا لِحًا لَّـنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
"Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan mereka (seraya berkata), "Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.""
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 189)
هُوَ الَّذِيْ يُسَيِّرُكُمْ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ ۗ حَتّٰۤى اِذَا كُنْتُمْ فِى الْفُلْكِ ۚ وَ جَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيْحٍ طَيِّبَةٍ وَّفَرِحُوْا بِهَا جَآءَتْهَا رِيْحٌ عَا صِفٌ وَّجَآءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَا نٍ وَّظَنُّوْۤا اَنَّهُمْ اُحِيْطَ بِهِمْ ۙ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۙ لَئِنْ اَنْجَيْتَـنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
"Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata (seraya berkata), "Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.""
(QS. Yunus 10: Ayat 22)
وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.""
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
قَا لَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْـكِتٰبِ اَنَاۡ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَ ۗ فَلَمَّا رَاٰ هُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَا لَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ ۗ لِيَبْلُوَنِيْٓءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ ۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِ نَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِ نَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
"Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.""
(QS. An-Naml 27: Ayat 40)
Saya pun memaknai syukur di ayat-ayat diatas dengan sedekah karena memang hanya itulah yang bisa dilakukan selama dirawat dirumah sakit.
Segala puji bagi Allah disetiap keadaan.
Segala puji bagi Allah yang denganNya segala nikmat jadi sempurna.
Semoga kita semua selalu dalam kebaikan.
Ya allah, angkatlah musibah ini dari kami agar kami dapat menjadi hamba-hamba yang selalu bersyukur.
Jambi, 18 Mei 2021 Jam 17.38
Abdul Rahim