Namun kejadian ini tetap saja meninggalkan luka yang mendalam karena beberapa file yang hilang tersebut berisi IP Router ataupun Server yang pernah saya setting beserta Akunnya, lalu ada Cpanel, Spanel, file kerja yang belum sempat saya rapikan dkk.
Akhirnya, setelah belajar dari kedua pengalaman tersebut, saya kembali memanfaatkan rsync untuk melakukan backup secara otomatis setiap kali laptop saya hidup.
Contoh Konsep sederhananya seperti berikut :
Komputer kantor yang saya gunakan terdapat Harddisk 500GB dengan alamat IP 192.168.1.123. Komputer ini saya anggap sebagai server backup untuk laptop saya.
Yang ingin saya capai kali ini adalah setiap saya menghidupkan laptop, ada satu script yang akan memeriksa apakah saya sedang terhubung ke server backup menggunakan ping 192.168.1.123, jika ping ada balasan maka rsync akan dilakukan, jika tidak, do nothing.
Berikut contoh scriptnya :
#!/bin/bashJika ping count nya sama dengan 2, maka script rsync.sh akan dijalankan. Script ini hanya berisi perintah rsync untuk home directory saya saja dan dengan beberapa folder yang di exclude tentunya.
HOSTS=192.168.1.123
COUNT=2
for myHost in $HOSTS
do
count=$(ping -c $COUNT $myHost | grep 'received' | awk -F',' '{ print $2 }' | awk '{ print $1 }')
if [ $count -eq 2 ];
then
echo "Konek ke server backup nih, mulai proses backup data...."
/home/a3m-nix/rsync-conf/rsync.sh
else
perl /home/a3m-nix/rsync-conf/status-fail.pl
fi
done
Jika ping count tidak sama dengan 2 maka ada script perl yang akan dijalankan, ini hanya untuk memberitahukan saja jika saya sedang tidak terkoneksi ke server backup.
Lalu script diatas tinggal dijalankan di startup.