Pencarian

Kamis, 30 Maret 2017

Beginilah Kami diperintahkan

Ada perbedaan antar ahli ilmu di kalangan sahabat Nabi tentang masalah ilmu waris dalam hal jatah kakek dan saudara. Zaid bin Tsabit yang oleh Nabi pernah disebut sebagai orang paling ahli di bidang ilmu waris berhadapan dengan Ibnu Abbas yg oleh Nabi pernah didoakan memiliki ilmu agama yang dalam dan ahli tafsir.
Ibnu Abbas sangat yakin pendapatnya benar sampai berkata, "Saya ingin berkumpul dengan orang-orang yg berbeda dengan saya dalam hal ilmu waris ini. Saling meletakkan tangan di rukun yamani kemudian bermubahalah, laknat Allah menimpa para pendusta."
Segitu kuatnya..., tapi suatu hari Ibnu Abbas bertemu Zaid yg sedang naik kendaraannya. Ibnu Abbas segera mengambil tali kekangnya, menuntunnya dan berkata, "Beginilah kami diperintahkan untuk bersikap kepada ulama dan pembesar kami."
Zaid kemudian berkata, " Keluarkan tanganmu."
Ibnu Abbas mengeluarkan tangannya dan Zaid menciumnya, sambil berkata, "Beginilah kami diperintahkan untuk bersikap kepada ahlul bait Nabi."
Dan saat Zaid meninggal, Ibnu Abbas berkata, "
Beginilah ilmu itu hilang. Hari ini telah dikubur banyak sekali ilmu."
(Adab, adab, adab!!!
Begitulah orang yg benar-benar berilmu.
Jiwa menjadi lapang karena ilmu.
Belajarlah lagi, jika jiwa masih sempit, sikap masih kasar.
Adab sebelum ilmu!
نحب المسلمين
رضي الله عنكم ويا خير الأجيال)
Ustadz  Budi Ashari

ZINDIQ

ZINDIQ
Seorang ulama besar Al Qodhi Ismail bin Ishaq Al Azdi, suatu hari menemui Khalifah Al Mu'tadhid.
Al Mu'tadhid menyerahkan kepadanya sebuah buku.
Setelah dibuka oleh Al Qodhi Ismail, ternyata isinya adalah kumpulan fatwa-fatwa yg paling ringan dari para ulama.
Jika dalam sebuah pernasalahan fikih ada perbedaan pendapat ulama, dituliskan yg paling ringan dan mudah dari semua pendapat itu.
Al Qodhi Ismail berkata: "Penulis buku ini seorang zindiq" (orang sesat, jahat dan menyembunyikan kekafiran).
Al Mu'tadhid: "Bukankah hadits-haditsnya shohih?"
Al Qodhi Ismail menjawab: "Hadits-hadits itu tetap di posisinya.
Tapi, ulama yg membolehkan hal yg memabukkan tidak membolehkan nikah mut'ah. Yang membolehkan nikah mut'ah tidak membolehkan hal yg memabukkan. Dan tidak ada seorang ahli ilmu pun kecuali punya kekhilafan. Siapa yg mengumpulkan kekhilafan ulama dan mengambilnya, hilanglah agamanya!"
Al Mu'tadhid kemudian membakar buku itu...
(Islam memang mudah. Kita bersyukur atas hal itu.
Tapi kita tidak boleh mencari-cari keringanan dari fatwa para ulama. Karena tak ada yg selamat dari khilaf.
Ilmuilah!!
Al Qodhi ingin menyampaikan kepada kita semua, hukum itu ada para ahli istinbath untuk menyimpulkannya. Tak sekadar menemui ayat atau hadits shohih...
Dan...
Andai pemimpin muslim hari ini dikawal ulama, maka mereka akan membakar semua bisikan kaum zindiq)

Ustadz Budi Ashari

TAK USAH RISAUKAN LISAN

TAK USAH RISAUKAN LISAN
Robi' bin Shobih meriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Hasan Al Bashri, ulama besar Tabiin:
"Wahai Abu Said, aku melihat suasana yg aku benci."
Hasan menjawab:
"Apa itu, anak saudaraku?"
Laki-laki itu:
"Aku melihat sekelompok orang yg datang di majlismu, hanya mengumpulkan kesalahan penjelasanmu kemudian nanti mereka ceritakan dan ejek.
Hasan menjawab tenang:
"Wahai anak saudaraku, yg seperti ini jangan kamu anggap masalah besar.
Aku beritahukan yang lebih mengherankan dari itu."
Laki-laki itu:
"Apa itu wahai paman?"
Hasan:
"Aku ini menundukkan jiwaku agar bisa berada di sisi yang Maha Rohman, bersama para penghuni surga, selamat dari neraka, mendampingi para Nabi.
Dan aku tidak menundukkan jiwaku agar dikenal oleh manusia.
Jika ada satu saja, orang yg selamat dari lisan manusia, maka Pencipta mereka yg telah menciptakan mereka pasti selamat dari lisan mereka.
Jika ternyata Yang telah menciptakan mereka saja tidak selamat dari lisan mereka, maka makhluk lebih layak untuk tidak selamat."
(Untukmu jiwaku dan saudaraku, Tak usah dianggap besar.
Itu hanya busa yang menggumpal, tak berguna, kemudian hilang.
Berlian tetap berlian. Kalaupun ia tertutup, hanya sesaat, kemudian ia berkilau kembali)

Ustadz Budi Ashari

AKU YANG LEBIH LEMBUT DAN LEBIH KENAL

AKU YANG LEBIH LEMBUT DAN LEBIH KENAL
Ibnu Hibban meriwayatkan, bahwa seorang arab baduwi suatu hari mendatangi Nabi dan meminta sesuatu. Maka Nabi pun memberinya.
Kemudian Nabi bertanya kepadanya: "Apakah aku telah berbuat baik kepadamu?"
Arab Baduwi itu menjawab: "Tidak, kamu tidak berbuat baik."
Muslimin marah dan mereka pun berdiri menghampiri Arab Baduwi itu. Nabi memberikan isyarat kepada mereka agar berhenti. Kemudian beliau masuk ke rumahnya dan meminta Arab Baduwi itu datang dan beliau menambahi sesuatu untuknya.
Kemudian Nabi bertanya kembali: "Apakah aku sudah berbuat baik kepadamu?"
Arab Baduwi menjawab: "Ya, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan untuk keluarga."
Rasul berkata: "Sesungguhnya kamu telah mengucapkan kalimat yang menyebabkan ada ganjalan di hati sahabat-sahabatku, jika kamu mau maka katakan di hadapan mereka apa yang baru saja kamu ucapkan di hadapanku agar hilang dari dada mereka ganjalan hatinya."
Arab Baduwi menyanggupi: "Ya."
Esok harinya, Arab Baduwi itu datang.
Nabi berkata: "Sesungguhnya Arab Baduwi ini berkata telah mengucapkan kalimat, kemudian kami tambahi dan katanya dia ridho. Bukankah demikian wahai Arab Baduwi?"
Arab Baduwi berkata: "Ya, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan untuk keluarga."
Wajah Nabi berseri-seri. Kemudian beliau berkata:
“Perumpamaanku dengan perumpamaan Arab Baduwi ini seperti seseorang yang mempunyai unta yang lepas. Orang-orang mengejarnya, tetapi hanya menambahnya berlari menjauh. Maka pemilik unta itu berkata kepada semua orang: Biarkan aku saja yang mengurus untaku, karena aku lebih lembut dan aku lebih kenal. Maka pemilik untuk itu menghampiri untanya, mengambilnya dari tempat yang kotor, kemudian pelan-pelan dikembalikan hingga unta itu mau datang dan duduk, kemudian diikat kembali dan dia bisa duduk kembali di atasnya.
Dan seandainya aku biarkan kalian marah terhadap perkataan orang itu dan kalian membunuhnya, maka dia akan masuk neraka.”
(Inilah da’wah Rasulullah yang berjalan di atas bashiroh...!
Meraih yang baru tanpa melukai yang lama.)

Ustadz Budi Ashari

LAPANGNYA DADA

LAPANGNYA DADA
Imam Ibnul Jauzi menuturkan dalam Shifatush Shofwah bahwa Al Fadhl bin Abi Ayyash berkata:
"Suatu hari saya duduk bersama Wahab bin Munabbih. Datanglah seseorang dan berkata: saya bertemu dgn fulan dan dia mencacimu."
Maka Wahab pun marah dan berkata: "Apakah syetan tidak mendapatkan utusan selain dirimu?!"
Belum lagi orang itu pergi, datanglah orang yg disebutkan mencaci Wahab.
Orang itu mengucap salam ke Wahab. Wahab menjawabnya, mengulurkan tangannya utk menyalaminya dan mempersilakan duduk di sampingnya.
(Bayangkan posisi kita di posisi Wahab yg mendapat laporan tentang orang yg menghina kita di belakang kita.
Dan bedakan kualitas marah kita dengan marahnya Wahab.
Salamatush shodr....
Selamatnya dada, kelapangan jiwa.
Wahab justru menganggap kedatangan orang itu adalah utusan syetan.
Syetan yg membelah tautan hati.
Syetan yg menyempitkan jiwa, menyesakkan dada.
Jangan mau diperdaya syetan.
Lapangkan dada...
Jiwa sempit membuat hidup ini menjadi sesak.
-------------------------------------------------------------------------
Ustadz Budi Ashari

Senin, 20 Maret 2017

Tazkiyatun nafs

Sebesar-besarnya nikmat adalah nikmat islam.
dan Apabila allah mencintaimu maka allah akan mematikanmu dalam islam.
Sebagaimana doa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
"Wahai yang menetapkan hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu"
Bagaimana engkau tau bahwa engkau tetap dalam islam, ialah apabila engkau merasa gembira tatkala engkau mentaati allah.
maka jadikanlah hatimu gembira tatkala engkau menyembah allah.

Jangan lakukan suatu ibadah semata-mata untuk menyelesaikannya namun lakukanlah sesuatu ketaatan untuk mendekatkan diri kepada allah.
Allah tidak dimudharatkan dengan kemaksiatanmu, namun engkaulah yang binasa ketika engkau melakukan kemaksiatan.
Mati dalam islam, dalam keadaan apapun juga jauh lebih baik daripada mati dalam kufur.
Sebagaimana doa orang-orang soleh.
Ya Allah sesungguhnya aku mencintai-Mu walaupun aku bermaksiat kepada-Mu.
Apabila allah telah menetapkan engkau untuk sholat subuh berjamaah, setelah engkau keluar masjid, hadirkan perasaan gembira, karenanya Allah dengan rahmatnya telah membangunkanmu dari tempat tidurmu dan menyebabkan engkau berdiri dan beribadah kepada-Nya.

Diambil dari ceramah Syaikh Saleh bin Awad al Maghamsi