Pencarian

Selasa, 23 Februari 2016

Mengubah Ukuran height logo zimbra

edit file /opt/zimbra/jetty/webapps/zimbra/skins/_base/base3
LoginBanner = @img(, LoginBannerImg, 440px, 60px)@
ubah 60 menjadi sesuai keinginan kemudian restart services zmcontrol

Zimbra redirect http to https

zmtlsctl redirect. kemudian zmcontrol restart.

Ada beberapa model dengan perintah ini yakni zmtlsctl [model]

Berikut ini pilihan model nya

  • http - http saja, user hanya membuka http://zimbra.domain.com
  • https - https saja, user hanya membuka https://zimbra.domain.com http:// dimatikan.
  • both - user dapat mengakses http:// atau https://
  • mixed - Jika user ke http maka akan di pindahkan ke https:// untuk login saja, dan akan dikembalikan ke http:// untuk pemakain biasa. jika mereka menggunakan https:// mereka akan tetap menggunakan http://
  • redirect - Seperti mixed jika user http:// otomatis pindah ke https:// 

Minggu, 21 Februari 2016

Sabar

ANA INGIN KELUAR DARI JAMAAH
(Menyikapi Sikap Futur/Melemahnya Iman & Semangat dlm berDakwah)

"Ustadz, dulu Ana merasa semangat dalam Dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan Ana melihat ternyata banyak pula yang aneh-aneh."
Begitu keluh kesah seorang santri kepada ustadznya di suatu hari.

Sang Ustadz hanya terdiam, mencoba menggali semua kecamuk dalam diri santrinya.
"Lalu, apa yang ingin Antum lakukan setelah merasakan semua itu?" sahut sang ustadz setelah sesaat termenung.

"Ana ingin berhenti saja, keluar dari jamaah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa teman yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi Dakwah yang Ana geluti, kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja…" jawab santri itu.

Sang ustadz termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

"Adik, bila suatu kali Antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan Antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?" tanya sang Ustadz dengan kiasan bermakna dalam.
Sang santri terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.

"Apakah Antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?" Sang ustadz mencoba memberi opsi.

"Bila Antum terjun ke laut, sesaat Antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan Antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiu datang? Darimana Antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana Antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan santri.

Tak ayal, Sang santri menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun Sang ustadz yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

"Adik, apakah Antum masih merasa bahwa jalan Dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?" Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa Sang santri. Ia hanya mengangguk.

"Bagaimana bila temyata mobil yang Antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba memperbaikinya?" tanya Sang ustadz lagi.

Sang santri tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya, "Cukup Ustadz, cukup. Ana sadar. Maafkan Ana. Ana akan tetap istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata Ana diperhatikan…"

"Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Ana akan tetap berjalan dalam Dakwah ini. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan Ana kelak dengan janji-janji-Nya. Biarlah segala kepedihan yang Ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa Ana", Sang santri berazzam di hadapan ustadz yang semakin dihormatinya.

Sang ustadz tersenyum.
"Adik, jama'ah ini adalah jama'ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi di balik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berDakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah."

"Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan Antum. Sebagaimana Allah ta’ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata Antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap Dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu Antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu, maka kapankah Dakwah ini dapat berjalan.

Copas dr group sebelah.

Jumat, 19 Februari 2016

Ayah

Kisah Inspirator :

Renungan Kisah Nyata

Jum'at lalu saya kembali Jum’atan di Graha CIMB Niaga Jalan Sudirman setelah lama sekali nggak sholat Jum’at di situ.

Sehabis meeting dengan salah satu calon investor di lantai 27, saya buru2 turun ke masjid karena takut terlambat.

Dan bener aja sampai di masjid adzan sudah berkumandang… Karena terlambat saya jadi tidak tau siapa nama Khotibnya saat itu.
Sambil mendengarkan khotbah saya melihat Sang Khotib dari layar lebar yg di pasang di luar ruangan utama masjid.

Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya bersih.

Dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan..tutur katanya lembut namun tegas…dari penampilannya yg menarik tsb..saya jadi penasaran..apa kira2 isi khotbahnya.

Ternyata betul dugaan saya!!!…isi ceramah dan cara menyampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan..banyak yg mengucurkan air mata (termasuk saya)..bahkan ada yg sampai tersedu sedan.

Wah, sampai demikian ya..lalu apa sih isi ceramahnya.. ?

Dengan gaya yg menarik Sang Khotib menceritakan “true story”..seorang anak berumur 10 th namanya Umar..dia anak pengusaha sukses yg kaya raya.

Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta..tentu bisa ditebak, bayarannya sangat mahal..tapi bagi si pengusaha, tentu bukan masalah..wong uangnya berlimpah.

Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang..agar anaknya kelak menjadi orang yg sukses mengikuti jejaknya.

Suatu hari isterinya kasih tau kalau Sabtu depan si ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar.. “Waduuuh saya sibuk ma..kamu aja deh yg datang..” begitu ucap si ayah kpd isterinya..bagi dia acara beginian sangat nggak penting..dibanding urusan bisnis besarnya.

Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam..sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya..dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya..sedang anak2 yg lain selalu didampingi ayahnya.

Nah karena diancam isterinya..akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah2an.

Father’s day adalah acara yg dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya.. Karena ayah si Umar ogah2an maka dia memilih duduk di paling belakang..sementara para ayah yg lain (terutama yg muda2) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak2nya yg akan tampil di panggung.

Satu persatu anak2 menampilkan bakat dan kebolehannya masing2..ada yg menyanyi..menari..membaca puisi..pantomim..ada pula yg pamerkan lukisannya..dll.. Semua mendapat applause yg gegap gempita dari ayah2 mereka.

Tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya..

“Miss, bolehkah saya panggil pak Arief..” tanya si Umar kpd gurunya..pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu…

”Oh boleh..” begitu jawab gurunya..dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung…

“Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)” begitu Umar minta kepada guru ngajinya.

”Tentu saja boleh nak..” jawab pak Arief..

“Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah..”

lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan)..dengan lantunan irama yg persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram)…

Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yg mendayu-dayu…termasuk ayah si Umar yg duduk dibelakang…

”Stop..kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna.. sekarang coba kamu baca ayat 9..” begitu kata pak Arief yg tiba2 memotong bacaan Umar… lalu Umarpun membaca ayat 9…

”Stop, coba sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33..” setelah usai Umar membacanya.
Lalu kata pak Arief: “Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”..si Umarpun membaca ayat ke 40 tsb sampai selesai”...

“Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak…” begitu teriak pak Arief sambil mengucurkan air matanya…para hadirin yg muslimpun tak kuasa menahan airmatanya…

Lalu pak Arief bertanya kepada Umar : ”Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara teman2mu unjuk kebolehan yg lain..?” begitu tanya pak Arief penasaran…

Begini pak guru…waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak, bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah SAW :
”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia.

Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim)…

“Pak guru..saya ingin mempersembahkan “Jubah Kemuliaan” kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak..sebagai seorang anak yg berbakti kpd kedua orangnya..”

Semua orang terkesiap dan tdk bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tsb…

Di tengah suasana hening tsb..tiba2 terdengan teriakan “Allahu Akbar..!!” dari seseorang yg lari dari belakang menuju ke panggung…
Ternyata dia ayah si Umar..yg dengan ter-gopoh2 langsung menubruk sang anak..bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya..

”Ampuun nak.. maafkan ayah yg selama ini tidak pernah memperhatikanmu..tdk pernah mendidikmu dengan ilmu agama..apalagi mengajarimu mengaji…” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya…” Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak…ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak…ayah maluuu nak" ujar sang ayah sambil nangis ter-sedu2

Subhanallah... Sampai disini, saya melihat di layar Sang Khotib mengusap air matanya yg mulai jatuh…semua jama’ahpun terpana..dan juga mulai meneteskan airmatanya..termasuk saya..diantara jama’ahpun bahkan ada yg tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya...luar biasa haru...

Entah apa yg ada dibenak jama’ah yg menangis itu..mungkin ada yg merasa berdosa karena menelantarkan anaknya..mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kpd anaknya..
mungkin menyesal krn tdk mengajari anaknya mengaji..atau merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yg hanya tergeletak di rak bukunya..dan semua..dengan alasan sibuk urusan dunia…!!!

Saya sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akherat..dan lebih sibuk dengan urusan dunia..padahal saya tau kalau kehidupan akherat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yg remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini..seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-An'Am ayat 32:

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”... Astagfirullahal ghofururrohim..hamba mohon ampunan kepada Allah..Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang… Wallahu ‘alam bissawab..

Semoga bermanfaat.. khususnya buat diri saya dan juga pembaca WA ini. [Kardi]

Selasa, 16 Februari 2016

Menundukkan pandangan

‌🇮‌🇧‌🇷‌🇦‌🇭
📚‌KไSAH MξИGAGЦMKAИ
TENTANG MENUNDUKKAN PANDANGAN

🔹Ada seorang hamba yang shalih bernama Sulaimân bin Yasâr rahimahullâhu, beliau sedang berpergian meninggalkan negerinya  (untuk menunaikan haji) ditemani oleh seorang sahabatnya.
☀ Suatu ketika, sahabat beliau pergi ke pasar untuk membeli persediaan makanan (untuk bekal perjalanan mereka) sedangkan Sulaimân sedang duduk menunggu di suatu tempat.
🌺 Sulaimân bin Yasâr ini adalah seorang yang memiliki wajah paling tampan dan memikat, namun paling berhati² dari segala perkara  yang diharamkan Allâh.
👁 Tiba² ada seorang wanita dusun dari pegunungan melihatnya. Tatkala dia memperhatikan betapa tampan dan gantengnya Sulaimân, ia pun terpesona padanya.
🚺 Wanita tersebut memakai burqo' (sejenis cadar yang menutupi seluruh wajah) lalu ia mendekati Sulaimân dan berdiri diantara kedua tangannya kemudian ia membuka burqo'nya dan menampakkan wajahnya yang cantik seperti bulan purnama di tengah malam.
💬 Wanita tersebut berkata : "serahkan (dirimu) padaku!"
🔰Sulaimân segera menundukkan pandangannya dari wanita cantik tersebut! Ia mengira bahwa wanita tersebut adalah wanita yang yang fakir dan kekurangan serta menginginkan makanan.
🚹 Sulaimân lalu berdiri dan memberikan padanya sejumlah makanan yang masih ada padanya.
💬 Ketika melihat hal ini, wanita tersebut berkata pada Sulaimân : "Saya tidak menginginkan makanan tersebut! Yang saya inginkan adalah perbuatan seorang suami terhadap isterinya.!!
❗Dengan serta merta air muka Sulaimân berubah, dia marah dan menghardik wanita tersebut, sembari  mengatakan, "Sungguh, Iblis telah memperalatmu!!"
▪Lalu Sulaimân menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan membenamkan kepalanya diantara lututnya.
◾Wanita tersebut segera menutup wajahnya dengan burqo', lalu ia pergi, pulang ke rumahnya.
🌤Tak lama kemudian, kawan Sulaimân datang setelah membeli makanan untuk mereka.
👁 Tatkala dia melihat Sulaimân yang matanya bengkak lantaran menangis hebat dan suara tangisnya berhenti, dia lalu bertanya : "Kenapa kamu menangis??"
💬 Sulaimân menjawab, "Tidak ada apa², saya hanya teringat anak²ku yang masih kecil."
💭 Sang kawan menukas, "Tidak! Sesungguhnya ada kejadian lain (yang menyebabkanmu menangis). Masa sedihmu karena anak²mu sudah berlalu semenjak 3 harian yang lalu."
🔺Kawan Sulaimân terus mendesak sampai Sulaimân akhirnya menceritakan kejadian yang terjadi dengan wanita tadi.
🔸Tiba-tiba, sang kawan tadi meletakkan dirinya di atas alas makan dan dia menangis dengan tersedu².
💬 Sulaimân lalu bertanya padanya, "Kamu sendiri, kenapa menangis?"
💭 Kawannya tersebut mengatakan, "Karena saya yang lebih berhak untuk menangis daripada dirimu."
💬 Sulaimân bertanya kembali, "kenapa bisa begitu?"
💭 Kawannya menjawab, "Karena sesungguhnya saya takut jika saya yang berada di posisimu, maka saya tidak dapat menahan diri darinya!!"
💧Maka kedua²nya pun menangis kembali.

🕋 Pada saat Sulaimân tiba di Makkah dan selesai melakukan thawaf dan sa'i, dia lalu mendatangi sebuah batu dan menjadikan pakaiannya sebagai alas. 💤 Dia merasa ngantuk dan tertidur sebentar. Di dalam mimpinya ia melihat seorang yang tampan rupawan lagi gagah. Pria tersebut memiliki paras yang bagus dan harum yang wangi.
💬 Sulaimân berkata padanya, "Siapakah gerangan dirimu? semoga Allah merahmatimu."
💭 Pria dalam mimpi itu menjawab, "Saya Yusuf, Nabi yang benar, putera Ya'qub."
💬 Sulaimân lalu berkata, "Sesungguhnya, kisah tentang dirimu dan isteri al-Aziz benar² sangat mengagumkan."
💭 Yusuf 'alaihis Salam berkata kepadanya, "Bahkan, kejadianmu dengan wanita dusun tsb adalah lebih mengagumkan lagi."

📚 Hilyah Auliyâ'  karya Abu Nu'aim (II/191)

✏ Usatadz Abu Salma

             ___ 🍃🍀🍃 ___

Repost by :
🌀TEGAR DIATAS SUNNAH
Grup Sharing Kajian Islam
Silahkan berbagi

Follow Channel Telegram
@kajianislamtegardiatassunnah
untuk mendapatkan informasi seputar agama Islam