Pencarian

Sabtu, 14 November 2015

Kisah Sabar yang Paling Mengagumkan

Akhwatmuslimah.com – Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.
Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Subhanaahu wa Ta`ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.”
Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!”Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata:“Alhamdulillah.” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.
Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya:“Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata:“Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.”
Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta`ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata:“Alhamdilillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta`ala , dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu:“Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan:“Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia.”
Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata:“Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati.” Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran:“Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut:“Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.”
Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam yang indah lagi agung:(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء)“Beruntunglah orang-orang yang asing.” Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu:“Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah:“Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu:“Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat.” Diapun berkata:“Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.
Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo’a, dan merendahkan diri kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala ?
Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta`ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.
Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya:“Siapakah mereka?” Dia menjawab,“Tidak mengenal mereka.”
Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata:“Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.”
Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya:“Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Subhanaahu wa Ta`ala.”
Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
Sang suami berkata:“Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar’i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo’akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.”
Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata:
“Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” Kisah selesai.
Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ` bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta`ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. al-Bukhari (5/2137))
Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala , minta dan berdo’alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu wa Ta`ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta`ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do’a-do’a kalian.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (١٢٦)
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raf: 126) .
(Sumber: Majalah Qiblati )
http://www.akhwatmuslimah.com/2012/01/02/603/kisah-sabar-yang-paling-mengagumkan/

Kamis, 12 November 2015

Arab badui dan al quran

Arab Baduwi Mendengar Al Quran Pertama Kali

Sepulang dari sebuah masjid, Al Ashma'i salah seorang ulama besar bertemu seorang arab baduwi. Arab baduwi dikenal tidak memiliki ilmu dan adab.
Arab baduwi mengucap salam dan Al Ashma'i menjawabnya.
Arab baduwi: Dari suku mana anda?
Al Ashma'i: Dari suku Ashma'
Arab Baduwi: Oh, kamu Al Ashma'i?
Al Ashma'i: Benar
Arab Baduwi: Anda baru datang dari mana?
Al Ashma'i: Dari tempat yang dibacakan di dalamnya kalam (ucapan) Ar Rahman.
Arab Baduwi: Apakah Allah punya kalam yg dibaca oleh makhluk?
(Sampai sebegitunya, Arab baduwi tidak tahu adanya Al Quran)
Al Ashma'i: Benar
Arab Baduwi: Bacakan untukku ucapan-Nya!

Al Ashma'i membacakan surat Adz dzariyat hingga sampai ayat:
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ 
Dan di langit terdapat rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.

Arab Baduwi: Benarkah seperti itu kalam Allah?
Al Ashma'i: Benar

Arab Baduwi itu kemudian menghunus pedangnya, menyembelih untanya, mengulitinya dan membagikannya kepada yg lewat.
Al Ashma'i ikut membantu membagikan sambil terheran-heran. Arab baduwi pergi sambil terus membaca ayat tersebut.
Al Ashma'i merenung dan menghardik dirinya sendiri: kemana kau wahai Al Ashma'i yg sdh 30 tahun membaca Al Quran. Ini Arab Baduwi baru sekarang mendengar ayat...

Setelah sekian lama, Al Ashma'i haji bersama Khalifah Harun Ar Rasyid. 
"Al Ashma'i....Al Ashma'i...,"
suara lirih memanggilnya.
Al Ashma'i menengok dan dijumpainya Arab Baduwi yg pernah ditemuinya itu. 
"Bacakan untukku ucapan Ar Rahman yg waktu itu."
Al Ashma'i kembali membaca surat Adz Dzariyat.
"Apakah Ar Rahman mempunyai ucapan lain?"
"Iya."
"Bacakan untukku."
Al Ashma'i melanjutkan ayat tersebut:

فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.

Arab Baduwi langsung berkata:
"Siapa yg membuat Allah yg Maha Agung marah, sampai Dia harus bersumpah?"

Beberapa kali diucapkannya ayat itu dan Arab baduwi meninggal.

(Bacalah ulang kalimat terakhir arab baduwi di atas. Pahamkah cara berpikirnya? Kalau tidak, maka pemahaman kita terhadap Al Quran lebih rendah dari Arab Baduwi yang baru pertama mendengar ayat...

Sudah sejak kapan kita membaca Al Quran...?
Sudahkah bisa menggerakkan akal dan hati kita?
Lebih rendah dari arab baduwi...???
Astaghfirullah....ampuni ya Robb)

‪#‎sapapagi‬ Ustadz Budi Ashari, Lc

Sabtu, 07 November 2015

Inilah Ibu Mereka

Sapa pagi Budi Ashari :
Ini Ibu Mereka
Hindun binti Utbah. Saat anaknya masih kecil, ada yg berkata kepada ibunya: kelak anak ini menjadi pemimpin bagi kaumnya.
Hindun berkata: "Celakalah dia, kalau hanya menjadi pemimpin bagi kaumnya saja!"
Anak itu besar dan benar memimpin bumi, bukan hanya kaumnya. Muawiyah radhiallahu anhu.
(Ibu yg tak rela dgn hasil yg sederhana)
Seorang ibu. Suatu hari dia berkata pada anaknya:
"Nak, tuntutlah ilmu. Aku yg mencukupimu dgn tenunanku.
Nak, jika kamu telah menulis sepuluh hadits, maka lihatlah jiwamu apakah ia bertambah takut, lembut dan wibawa. Jika kamu tdk melihat itu ketahuilah bahwa ia membahayakanmu dan tidak manfaat bagimu."
Dan lahirlah seorang pakar ilmu besar bidang hadits dan faqihnya arab. Sufyan ats tsauri rahimahulloh.
(Ibu yg berjuang membiayai pendidikan anaknya dan membimbing dgn nasehat mahalnya)
Seorang ibu. Dia hampir tak pernah melewatkan malam-malamnya utk menangis dan berdoa dalam qiyamnya. Hingga suatu hari ibu ini bermimpi melihat Nabi Ibrahim yg memberi kabar gembira hasil banyaknya doa dan derasnya air mata. Kabar gembira tentang anaknya yg bisa melihat kembali setelah buta sejak kecil. Dan benar pagi itu, anaknya bisa melihat.
Di usia anaknya ke-16 tahun, ibu ini mengantarkannya ke Mekah utk haji sekaligus duduk di pusat ilmu Islam. Agar kelak ia pulang menjadi amirul mu'mini bidang hadits Imam Al Bukhari rohimahulloh.
(Ibu yg membangun kesholehannya utk anaknya dan mengawal pendidikannya)
(Terkadang dari rahim seorang ibu lahir bayi yg kelak bermanfaat bagi seluruh umat Muhammad...
Untukmu, para ibu dan calon ibu....)

Rabu, 04 November 2015

Kau Jujur Kepada Allah, Maka Allah Membuktikannya

Sapa Pagi Budi Ashari :
Kau Jujur Kepada Allah, Maka Allah Membuktikannya!!!
😭😭😭

Seseorang datang kepada Nabi dan beriman. Dia berkata: Aku hijrah kepadamu. Maka Nabi memerintahkan kepada sebagian sahabat untuk mengurusi saudaranya ini.
Di sebuah jihad, Nabi mendapatkan ghanimah. Orang itupun mendapatkan bagiannya.
Dia bertanya: Apa ini?
Sahabat menjawab: Ini pembagian dari Nabi.
Dia mengambilnya dan membawanya kepada Nabi dan bertanya: Apa ini?
Nabi menjawab: Ini bagianmu
Dia berkata: BUKAN UNTUK INI AKU MENGIKUTIMU. TETAPI AKU MENGIKUTIMU UNTUK AKU TERPANAH DI SINI –dia menunjuk lehernya- KEMUDIAN AKU MATI DAN AKU MASUK SURGA
Tidak lama setelah itu para sahabat berjihad bersama orang itu. Setelah selesai, orang itu meninggal seperti yang diinginkannya dengan panah menancap di lehernya.
Nabi bersabda: DIA JUJUR KEPADA ALLAH, MAKA ALLAH MEMBUKTIKANNYA.
Kemudian Nabi mengkafaninya dengan menggunakan jubah beliau. Beliau menyolatinya. Di antara doa beliau: YA ALLAH, INI HAMBA MU. KELUAR UNTUK BERHIJRAH DI JALAN MU. TERBUNUH SYAHID DAN AKU SEBAGAI SAKSINYA...
Umar bin Al Hamam Al Anshari. Di Perang Badar, Rasulullah berkata: Bersegeralah bangkit menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Umair bin Al Hamam Al Anshari berkata: Ya Rasulullah, Surga seluas langit dan bumi?
Rasul menjawab: Benar
Umair: Bakhin....bakhin....
Rasul bertanya: Mengapa kau katakan itu?
Umair: Tidak demi Allah, kecuali hanya harapan agar aku menjadi penghuninya.
Rasulullah bersabda: Engkau termasuk penghuninya!
Maka Umair mengeluarkan beberapa butir kurma dari sakunya dan memakannya. Kemudian berkata: KALAU AKU MASIH HIDUP DENGAN MEMAKAN KURMA-KURMA INI MAKA INI KEHIDUPAN YANG TERLALU LAMA....
Umair melempar kurma itu, kemudian berjihad dan syahid!
Saad bin Khaitsamah Al Anshari. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta agar para sahabat berangkat ke Badar. Ayahnya Saad yaitu Khaitsamah berkata kepada Saad: Harus ada salah satu di antara kita yang tinggal di rumah. Biarkan aku berangkat dan tinggallah kamu menjaga para wanita.
Saad menolak dan berkata: KALAU SELAIN SURGA AKU AKAN MENGALAH, TETAPI AKU BERHARAP SYAHID!
Maka ayah dan anak itu pun mengundi siapa yang keluar namanya dia yang berangkat ke Badar. Yang keluar nama Saad. Dan Saad pun syahid, SEPERTI YANG DIINGINKANNYA...
(Persembahan untuk ananda M. Iqbal Hakim dan kedua orang tua berikut nenek dan keluarga besarnya, juga para guru Kuttab Al Fatih Purwakarta yang telah mengukirnya. Akhirnya, seluruh keluarga besar Al Fatih....
Nak, justru kami minta kelak kau jadi saksi bagi kami. Saksikan bahwa kami termasuk yang mengenalkanmu surga dan Rasulullah yang kau rindukan itu, agar kami bertemu dirimu kembali di Surga Nya di samping Rasul Nya.............)