Pencarian

Kamis, 28 Mei 2015

Ibu

nangis bacanya...

sesi tanya jawab kajian uzt syafiq

Berikut resume kisah yg saya sarikan dari sessi salah dua sessi tanya jawab kajian “Bangkai Hidup”.
Sabtu, 23 Mei 2015 M @ Masjid Ar Rahmat, Slipi, Pemateri: Ust. DR Syafiq bin Riza bin Basalamah, Lc MA, hafizhahullah.

Tema Kajian Bangkai Hidup,
Sebelum memulai kajian Ustadz mereview jamaah dengan pertanyaan-pertanyaan kajian sebelumnya seperti Rumah ku masih ngontrak, ½ isi ½ kosong, dll.terlihat antusiame jamaah muda dan tua menjawab pertanyaan ustadz.

Sekitar pukul 10.20-an ustadz menutup sessi kajian dan langsung di lanjutkan sessi tanya jawab.
Pertanyaan diawali dg kertas pertanyaan mengenai diri ustadz “Ustadz!, agar tidak ada ghibah diantara jamaah ikhwan/akhwat , berapakah jumlah istri antum saat ini?
Ustadz muda ini pun menjawab, BENAR ! saat ini saya ada 4 anak dari 1 istri, mohon do’a agar tetap dengan satu istri ini. Sehingga bertasbih lah seluruh jamah terutama jamaah akhwat di lantai bawah. Sehingga ustadz muda ini pun menegaskan agar tidak meng-gibah lagi 🁊 diantara jamaah.

Selanjutnya ada satu pertanyaan dan sungguh jawabannya-lah yang sangat menyentuh hati ribuan jamaah yg hadir. Semua tunduk bersimpuh, khusu’, hening yang terdengar hanya suara lirih ustadz dan isak tangis para jamaah.
Dibacakan lah pertanyaan nya “Ustadz, bagaimana cara agar saya yang di Jakarta, tetap bisa bermuamalah baik kepada orangtua saya yang tinggal di Bogor?”
Ustadz pun menjawab ringan diselipi senyum dan canda khasnya..
“Ya akhi.. ana ini orang jember mau tanya ke hadirin, di Jakarta ada kereta gaks? Cepat kan ya akhi perjalanan kereta ? Ada kan kereta-nya yaa masya Allah.. Naik kereta kan bisa ya akhi.. nggak kayak dulu harus naik Unta.. lama sampainya.. ”
Jama'ah pun tertawa.Intinya saya mencatat kendala jarak dan waktu jangan sampai menjadi kita tidak birrul walidayn dan menjadi bangkai hidup.
Tak bebeberapa detik kemudian, mendadak wajah Ustadz berubah. beliau tertunduk.
Saya yang duduk dibarisan depan tepatnya arah jam 1 melihat dengan jelas beliau merapihkan kertas-kertas tanya jawab yg menumpuk menutupi kitab ustadz dan terlihat matanya berkaca-kaca, sambil tertunduk seakan (ingin menutupi kondisi beliau) namun akhirnya beliau pun angkat bicara dengan suara parau.
“Ana mau cerita kisah nyata yang ana dengar dari syaikh saat menuntut ilmu di Madinah. Semoga ana dan antum semua yg hadir bisa mendapat ibrah & faidah.dari kisah ini.”
Sepasang suami istri, telah menikah 21 tahun lamanya, namun suami ini jarang sekali mengunjungi ibu-nya sendiri kecuali hanya pada hari raya saja.
Di suatu malam istri bertanya, “Wahai Suamiku, tidak inginkah kau keluar malam ini dengan seorang wanita?” Suami terkejut. “bersama seorang wanita? Apa maksudmu? Aku tak mengerti?
Sang istri berkata, “iya, Seorang wanita, Ibu-mu… Ibu-mu, wahai suamiku..”.
Si suami terheran dan terdiam, merenungkan dan menyadari bahwa selama ini ia tak memiliki waktu khusus dengan ibunya.
Terlebih di usia 40 tahun ini ia sibuk dg istri , keluarga dan pekerjaannya.

Ia pun segera menelpon ibu-nya, hanya untuk mengajak makan malam bersama .
Saat si anak mengutarakan keinginannya, ibu-nya terheran-heran dan bingung.
“Ada apa anakku? Apa yang terjadi? Ada apa dengan istri & anak2mu? Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajakku pergi?”
“Tidak ibu, istri & anak-anaku baik, pekerjaan ku juga lancar dan tidak ada apa-apa, sungguh bu tidak ada apa-apa. Begini Ibu… Aku hanya ingin mengajak ibu makan malam. Bagaima bu ? bisa yaa”
Di ujung telepon, sang ibu sangat terharu. Karena setelah sekian lama, akhirnya ia memiliki waktu khusus bersama puteranya seperti tak kala dahulu menyusui, mendidik dan mengantar puteranya sekolah.
Sore itu juga putera nya menuju rumah sang ibu, sesampai di rumah ibunya, terlihat dengan jelas ibunya sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian rapih senyum yang tulus menyambut puteranya.
Sesampai di rumah sang ibu, terlihat beliau sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian yang begitu rapi, dan senyum yang teramat tulus untuk menyambut anak tercintanya. Sangat terlihat bahwa ibu-nya tak ingin terbuang waktunya barang sedetikpun.
Setelah salam keduanya menuju mobil dan masuklah ke dalam mobil, senyum kebahagiaan terus terlihat jelas dipipi sang ibu, sepanjang perjalananpun sang ibu memperhatikan puteranya dan tersenyum kepada puteranya hingga berkatalah Ibu “Nak, ibu sangat berbahagia sekali malam ini .. terimakasih ya nak…..”
Puteranya pun membalasnya, “sama bu begitu juga aku, bu..”, sambil mencium tangan sang ibu. Lalu mereka pun berangkat menuju restoran.
Setelah tiba di restoran keduanya duduk dan tak berapa lama makanan telah terhidang.
Si ibu menuangkan minuman ke gelas anaknya dan sesekali menyuapkan hidangan ke mulut anaknya demikian seterusnya episode kasih sayang ibu dan anak berlanjut. Si Ibu seakan tak ingin melewatkan waktu terbuang sedikitpun. Sungguh tampak sekali kerinduan dan kasih sayang yang (mungkin) tak dimiliki oleh istrinya sekalipun.

Dilanjutkan oleh ustadz bahwa singkat cerita, tak lama beberapa pekan dari makan malam tersebut, sang ibunda pun meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun.
Masya Allah … Qodarallah . Pertemuan makan malam itu adalah keberkahan terakhir bagi si anak dan ibunya.Si anak menyesali diri akan yang telah di perbuatnya selama ini.
ya itulah malam terakhir , sungguh episode hidup yang memang di atur oleh Allah jalla Jalaluhu.kenyataan yang harus di terima dengan keihklasan dan dengan mengharap kepada Allah atas Mahabbah(Cinta), Al-Khauf (Takut) dan Ar-Rajaa' (Harap) serta Ashma Wasshifat Allah, si anak berdoa agar Allah jalla jalaluhu menempatkan ibunda tercinta di sisi nya

Beberapa hari setelah kepergian sang ibu, si anak mendadak di hubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai manager dari salah satu restoran.
“Assalamu’alaykum, apakah benar anda bernama fulan bin fulan? , Naam benar, itu nama saya,.. jawab si anak”
“Bapak, Anda dan sekeluarga diundang oleh seseorang untuk makan malam nanti di restoran kami,” ujar manager restoran tersebut.
“Oh begitu..sambil keheranan Kalau boleh tahu, siapa yang mengundang ya, pak?” ujarnya dengan keheranan.
“Seseorang pak,” jawab si manager
Singkat cerita Ia pun datang bersama keluarga memenuhi undangan makan malam.
Lalu ia bertanya kepada pramusaji “Maaf mas, sebenarnya siapa yang mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?”.
Saya tidak tahu pak, Silakan duduk dulu pak saya nanti saya tanyakan ke bagian front office.

Tak lama pramusaji datang kembali Pramu saji tersebut menjelaskan bahwa tempat dan menu ini sudah dipesan beberapa pekan yang lalu namun pramu saji menegaskan kami untuk tenang karena semua sudah di bayar oleh si pemesan.
Pramu saji pun mohon maaf karena ternyata front office sudah berusaha menghubungi si pemesan namun tidak berhasil. Si anak, istri dan keluarganya pun semakin heran>
Ditengah keheranan nya keluarga tersebut mendengar nama pemesan adalah nama yang sangat tidak asing di telinga keluarga bahkan si anak , Nama pemesannya adalah Ibunda tercinta yang telah wafat namun sudah memesan menu, tata letak persis seperti pertemuan makan malam terakhir mereka.

Jadilah kita manusia yang hidup – bukan bangkai hidup.

-End-
Depok, 25 Mei 2015- 8 Sya’ban -
Sumber : Abu Hanifa Asep Yusuf & Purwanto Abu Nadhifa

Rabu, 13 Mei 2015

Ajak kami ke surga

Berbagi Kisah di Saat KAJIAN
"Sakitnya Tuh Disana... ( Alam Barzakh, Akhirat )"
Pemateri :
Ust. DR.Syafiq Reza Basalamah.
---------------------
Pada sesi tanya jawab dalam ta'lim ini, Suasana seketika menjadi hening.. ketika ada jamaah yang bertanya
.
"Ustadz, jika ustadz nanti masuk surga duluan, dan kami tertahan disana tolong ajak kami ustadz...., para jamaah yang hadir dimajlismu hari ini, tolong ingat kami ustadz, serta doakan kami agar termasuk penghuni penghuni surga...."

Seketika itu para jamaah yang hadir terdiam, suasana yang tadinya ramai mendadak hening.

Terlihat Ustadz Syafiq matanya berkaca-kaca, beliau terdiam, terlihat air matanya mulai menetes dipipinya, matanya memerah

Ustadz Syafiq Reza Basalamah diam sejenak kemudian berdoa kepada Allah 'Azza Wajalla (namun beliau shir' (lirihkan) doanya)

Lagi lagi air matanya menetes dipipinya...
para jamaahpun menundukan kepalanya, terlihat para jamaah matanya sembab, bajunya basah karena
airmata, terdengar isak tangis tersedu-sedu dari para jamaah.
Kemudian ustadz mencoba menjawab sedikit..
"Saudaraku, surga itu mahal, surga Allah sangatlah mahal. Hanya dengan rahmat-Nya kita dapat diizinkan utk memasuki surga-Nya.
Tak ada satupun disini yang menjamin dirinya akan masuk surga.
Namun kita percaya janji Allah..
Saudaraku surga tidak akan diraih tanpa adanya pengorbanan..."

Kemudian ustadz mengambil tisu utk mengusap airmatanya
------------------------------------------------------------------------------------------------
Diriwayatkan, bahwa :
Apabila penghuni Syurga telah masuk kedalam Syurga, lalu Mereka tidak menemukan sahabat2 mereka yang selalu bersama mereka dahulu sewaktu di Dunia.
Mereka pun bertanya tentang sahabat mereka kepada Allah:
“Yaa Rabb..
Kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di Dunia sholat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami.”
Maka Allah berfirman:
“Pergilah kamu ke Neraka, lalu keluarkanlah sahabat2 mu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarrah”. (HR Ibnul Mubarak dalam kitab “Az-Zuhd”).

Ulama Besar Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada Sahabat-sahabatnya sambil menangis,
"Jika kalian tidak menemukan aku nanti di Surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada اللّهُ تعالى tentang aku, “Wahai Rabb Kami.. hamba-Mu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang ENGKAU. Maka masukkanlah dia bersama kami di Surga-Mu."

Copas dari WA Rumah Ilmu dengan tambahan.

Selasa, 12 Mei 2015

PABX Beda Ringtone di Line CO

Ini sebagai pengingat saja, mana tau besok-besok butuh lagi.
Untuk mengubah nada dering di Line CO lihat pada gambar.

Senin, 11 Mei 2015

Jika Dirimu Merasa Lebih Mulia Dari Orang Lain

Jika Dirimu Merasa Lebih Mulia Dari Orang Lain

“Jika iblis memberikan was² kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah.

Jika ada orang lain yang lebih tua darimu, maka seharusnya engkau katakan,

“Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal sholih dariku, maka ia lebih baik dariku.”

Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu, maka seharusnya engkau katakan,

“Aku telah lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku.”

Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.”

(Hilyatul Awliya’ 2/226, Abu Nu’aim Al Ashbahani, Asy- Syamilah)

Senin, 04 Mei 2015

Ilmu

Muhammad bin Sirin (seorang pembesar ulama tabi’in) berkata :
”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian” [Diriwayatkan oleh Muslim dalam muqaddimah kitab Shahih-nya 1/7 Maktabah Sahab].

Minggu, 03 Mei 2015

KEUTAMAAN ISTIQAMAH

KEUTAMAAN ISTIQAMAH

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ’Abdul-Qadir Jawas حفظه الله

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣٠﴾ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ﴿٣١﴾ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Rabb kami adalah Allâh," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allâh) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang". [Fushshilat/41:30-32].

Maksudnya, mereka beriman kepada Allâh Yang Maha Esa kemudian istiqamah di atasnya dan di atas ketaatan hingga Allâh mewafatkan mereka.[1]

Tentang ayat di atas, al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ”Mereka mengikhlaskan amal semata-mata karena Allâh dan melaksanakan ketaatan sesuai dengan syari’at Allâh.”[2]

Ayat ini menunjukkan bahwa para malaikat akan turun menuju kepada orang-orang yang istiqamah ketika kematian menjemput, di dalam kubur, dan ketika dibangkitkan. Para malaikat itu memberikan rasa aman dari ketakutan ketika kematian menjemput, menghilangkan kesedihannya dengan sebab berpisah dengan anaknya karena Allâh adalah pengganti dari hal itu, memberikan kabar gembira berupa ampunan dari dosa dan kesalahan, diterimanya amal, dan kabar gembira dengan surga yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati manusia.[3]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat ini:
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ "Maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka," yakni di saat kematian sambil berkata, أَلَّا تَخَافُوا "janganlah kamu merasa takut," yaitu dari perkara-perkara akhirat yang akan mereka hadapi, وَلَا تَحْزَنُوا "dan janganlah kamu bersedih hati," yaitu dari perkara-perkara dunia yang telah kalian tinggalkan, seperti anak-anak, keluarga, harta, agama, karena sesungguhnya Kami akan menggantinya. وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ "Dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu," lalu mereka diberi kabar gembira dengan hilangnya keburukan dan tercapainya kebaikan.

Firman Allâh, نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ "Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat," yaitu para malaikat berkata kepada orang-orang mukmin ketika kematian, نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ "Kamilah pelindung-pelindungmu"; yakni pendamping-pendamping kalian di dalam kehidupan dunia, kami menunjukkan, mengarahkan, dan melindungi kalian dengan perintah Allâh. Begitu juga kami akan bersama kalian di akhirat, menemani kesendirian kalian di alam kubur, ketika ditiupnya sangkakala, dan mengamankan kalian pada hari kebangkitan dan berkumpulnya manusia, serta membawa kalian melintasi ash-shirâth al-mustaqîm, dan menyampaikan kalian ke surga yang penuh nikmat.

Firman Allâh, وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ "di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan," yaitu di dalam surga kalian akan memperoleh segala yang kalian pilih yang diinginkan oleh jiwa kalian dan disenangi oleh diri kalian. وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ "Dan memperoleh apa yang kamu minta," yaitu apapun yang kalian minta akan kalian dapatkan dan tersedia di hadapan kalian, sebagaimana yang kalian inginkan.

Firman Allâh, نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ ”Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allâh) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang," yaitu hidangan, pemberian, dan kenikmatan dari Rabb Yang Maha Pengampun atas dosa-dosa kalian, Maha Mengasihi kalian serta Maha lembut, di mana Dia mengampuni, memaafkan, menyayangi, dan mengasihi (kalian).[4]

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ ) .قُلْنَا : يَارَسُولَ اللهِ، كُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ. قَالَ: (لَيْسَ ذَاكَ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ الْبَشِيرُ مِنَ اللهِ عَزَّوَجَلَّ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدْ لَقِيَ اللهَ عَزَّوَجَلَّ، فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ. وَإِنَّ الْفَاجِرَ أَوِ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنَ الشَّرِّ أَوْ مَايَلْقَاهُ مِنَ الشَّرِّ، فَكَرِهَ لِقَاءَاللهِ، وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ).

Barangsiapa menyukai perjumpaan dengan Allâh, niscaya Allâh suka untuk menjumpainya. Dan barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allâh, niscaya Allâh benci menjumpainya.” Kami bertanya, ”Ya Rasûlullâh, kami semuanya benci kepada kematian.” Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, ”Bukan itu yang dimaksud benci kematian. Akan tetapi jika seorang Mukmin berada dalam detik kematiannya, maka datanglah kabar gembira dari Allâh Ta’ala tentang tempat kembali yang ditujunya. Maka tidak ada sesuatu pun yang lebih dicintainya daripada menjumpai Allâh Ta’ala, maka Allâh pun suka menjumpainya. Dan sesungguhnya orang yang jahat atau kafir jika berada dalam detik kematiannya, maka datanglah berita tentang tempat kembali yang dituju berupa keburukan atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan, lalu dia benci bertemu dengan Allâh, maka Allâh pun benci menemuinya.[5]

Berbagai Wasilah (Cara) Agar Tetap Teguh Di Atas Istiqamah.
Agar tetap teguh di atas istiqamah maka seseorang harus melakukan hal-hal berikut:

1. Taubat nasuha.

2. Senantiasa mentauhidkan Allâh dan menjauhkan syirik.

3. Selalu berusaha untuk selalu konsekuen dan konsisten dalam ketaatan kepada Allâh danRasul-Nya.

4. Muraqabatullâh, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allâh Ta’ala baik dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan.

5. Muhasabah, yaitu menginstrospeksi segala amal perbuatan yang telah dikerjakan.

6. Mujâhadah, yaitu berjuang sungguh-sungguh menggembleng jiwa di atas ketaatan kepada Allâh Ta’ala.

7. Ikhlas dalam beramal dan mutaba’ah (mengikuti contoh Rasûlullâh).

8. Berpegang teguh kepada Sunnah dan menjauhi bid’ah.

9. Menjaga shalat lima waktu dengan berjama’ah di masjid.

10. Berani dalam melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.

11. Senantiasa menuntut ilmu syar’i.

12. Takut kepada Allâh Ta’ala dengan mengingat pedihnya siksa neraka.

13. Mencari teman yang shâlih.

14. Menjaga hati, lisan, dan anggota badan serta sabar dari hal-hal yang diharamkan.

15. Mengetahui langkah-langkah setan.

16. Senantiasa berdzikir dan berdo’a agar diteguhkan di atas istiqamah.

Diantara do’a yang sering Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam baca ialah:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.[6]

Wallâhua’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XVII/1434H/2013. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Lihat Syarh Arba’in Ibni Daqiqil ‘Ied, hlm. 85.
[2]. Tafsîr Ibni Katsîr, VII/175.
[3]. Lihat Tafsîr Ibni Katsîr (VII/177) dengan diringkas dan Qawâ’id wa Fawâ-id (hlm. 186-187).
[4]. Tafsîr Ibni Katsîr (VII/177-179) dengan ringkas.
[5]. Shahîh: HR Ahmad, III/107.
[6]. Shahîh: HR at-Tirmdizi (no. 3522) dan Ahmad (VI/302, 315) dari Ummu Salamah radhiyallâhu ’anha.