Pencarian

Senin, 26 Januari 2015

Apa jawabku pada tuhanku nanti

APA JAWABKU PADA TUHANKU NANTI

Syaikh Sa'ad Ad Daud mengisahkan:

"Suatu ketika Syaikh bin Baz datang dari Thaif ke Riyadh, kami menjemputnya di bandara pada hari kamis. Dari bandara kami langsung membawanya ke masjid jami' untuk memberikan pelajaran dan menjawab pertanyaan - pertanyaan yang masuk diakhir acara.

Saat keluar dari masjid syaikh mengeluarkan secarik kertas dari kantong bajunya. Syaikh Saad mengatakan, "Aku membaca isi tulisan di dalam kertas tersebut padanya. Rupanya kertas itu berisi undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan, sementara gedung tempat pelaksanaan resepsi sangat jauh. Aku mengatakan kepada syaikh, "wahai syaikh...! Anda sangat capek dan butuh istirahat, alangkah baiknya anda membatalkan rencana tersebut". Syaikh kemudian bertanya kepada pengawalnya, adakah di antara kalian yang tahu dimana alamat gedung tersebut.? Syaikh Saad mengatakan, "aku sangat senang beliau tidak bertanya padaku, karena aku tau tempat pelaksanaan resepsi tersebut". Para pengawal menjawab, "Kami tidak tahu wahai syaikh"
Syaikh melanjutkan, "Wahai Saad..! Kamu tau dimana gedung itu.? Aku menjawab, "Iya". Tapi wahai syaikh, anda baru saja tiba dari perjalanan, anda butuh istirahat". Namun syaikh menimpali, "Apa jawabku pada Tuhanku nanti..? Sementara nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang diundang untuk sebuah resepsi atau yang semisalnya, maka hendaklah dia memenuhi undangan tersebut. Ayo.. istain billah... bersiap-siaplah pergi.
Syaikhpun pergi memenuhi undangan tersebut."

Catatan:

1. Hadits yang dimaksud Syaikh adalah sabda nabi yang berbunyi:

مَنْ دُعِيَ إِلَى عُرْسٍ أَوْ نَحْوِهِ فَلْيُجِبْ

Barangsiapa yg diundang ke pesta pernikahan atau semisalnya, hendaknya ia mendatanginya. (HR. Muslim No.2579)

2. Undangan yang wajib dihadiri adalah undangan resepsi pernikahan yang jauh dari pelanggaran syar'i seperti ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita).

__________________
Madinah 05/04 1436 H
ACT El-Gharantaly

Rabu, 21 Januari 2015

Seindah Sahabat Mencintai Rasulullah


dakwatuna.com – Genderang perang sebentar lagi ditabuh. Badar tak lama lagi akan berkecamuk. Sang Rasul, bergegas menyiapkan pasukan kaum muslimin. Inspeksi pun dimulai. Sambil memegang sebuah anak panah, panglima kaum muslimin itu pun memeriksa pasukan, satu persatu.
Tibalah beliau di hadapan Sawwad bin Ghazyah. Posisi tubuhnya agak melenceng dari barisan. Dia tidak berbaris rapi.“Luruskan barisanmu, wahai Sawwad!” Hardik Rasul sambil memecutkan anak panah di genggamannya ke perut Sawwad.
“Wahai Rasulullah!” sergah Sawwad, “Engkau telah membuat perutku kesakitan,” akunya “Dan bukankah Allah telah mengutusmu dengan kebenaran dan keadilan. Biarkan aku membalasmu.” pinta Sawwad kepada Rasul. Sontak, semua sahabat yang mendengar ucapan Sawwad ini terkaget. Selancang inikah Sawwad kepada Rasul yang mereka cintai?
Tapi Rasul tak berpikir panjang. Beliau singkapkan bagian pakaiannya. Tampak putih kulit perutnya.    “Silakan, balaslah!” tegas sang Rasul mempersilakan Sawwad membalas pukulan ke perutnya.
Hati para sahabat berdebar-debar. Pikiran mereka disesaki seribu tanya. Sedemikian nekadnya kah Sawwad? Apa yang ia pikirkan hingga ingin melakukan perbuatan terkutuk itu? Bukankah Rasul adalah komandannya dan pemimpin mereka di medan tempur? Dan bukankah pukulan ke perutnya itu adalah ganjaran atas ulah kecerobohannya? Ah, mana mungkin kekasih pilihan mereka ini akan disakiti. Hati mereka seakan berontak. Tapi apa daya, Sang Rasul telah mengambil putusan. Dan Sawwad pun sedang mengambil ancang-ancang.
Saat pikiran para sahabat mulia itu masih berkecamuk dengan sejuta tanya. Secepat kilat Sawwad menyergap perut Sang Rasul. Dipeluknya tubuh manusia termulia itu. Diciumnya halus kulit Hamba dan utusan Allah yang dia cintai. Beraur haru, para sahabat semakin terheran.
“Apa yang mendorongmu melakukan hal seperti ini, hai Sawwad!” tanya Rasul setelah beliau menyaksikan apa yang dilakukan Sawwad.
“Wahai Rasulullah!” Jawab Sawwad, “Engkau telah menyaksikan apa yang kau lihat. Aku ingin di detik terakhirku membersamaimu, kulitku bisa menyentuh kulit (tubuhmu).” aku Sawwad blakblakan namun penuh ketulusan.
Para sahabat terharu. Mereka baru mengerti apa yang diinginkan Sawwad. Maka mengalirlah do’a-do’a Rasulullah untuk keberkahan sahabatnya yang unik ini. Tanpa terasa, apa yang dilakukan Sawwad telah menyirami komitmen mereka untuk mencintai rasul-Nya. Seperti inilah para sahabat mencintai Rasulullah. Adakah kita mencintainya setulus sahabat mencintainya?
Kisah ini bersumber dari atsar yang diriwayatkan Ishak dari Ibnu Hibban dari Was’i dari para syekh kaumnya. Dan dinukil Syekh Walid al ‘Adzami dalam bukunya Ar Rasuul Fii Quluubi ash haabihii yang diterjemahkan (dengan sedikit tambahan redaksional) oleh Ufuk Islam. Beberapa referensi yang bisa dijadikan rujukan tentang kisah ini: Sirah Ibnu Hisyam (jilid 2 halaman 279-280), Tarikh At Thabari(3/1319), Al Isti’ab (2/673) dan beberapa referensi lainnya.


Sumber:http://www.dakwatuna.com//www.dakwatuna.com/2012/01/31/18334/seindah-sahabat-mencintai-rasulullah-detik-terakhir/#ixzz3PPmT6qkM 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Selasa, 20 Januari 2015

Yuk sholat berjamaah

LELAKI TUA DAN SEUTAS TALI

Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr -hafidzahullah- berkata:

رأيتُ في قريةٍ صغيرةٍ شرق المدينة حبلًا ممدودًا من بيت إلى باب المسجد فسألتُ عنه؛ فقيل: هذا بيتُ رجلٍ كبير سنٍّ كفيفِ البصر ليس له قائدٌ، فيُمسك بهذا الحَبل عند كلِّ صلاةٍ ذهابًا للمسجد وإيابًا لبيته، فما حال معاشِر الشَّباب الأصِحَّاء الأقوياء المبصِرين؟

Di sebuah desa kecil di timur Madinah saya melihat seutas tali memanjang dari sebuah rumah hingga pintu sebuah masjid, sayapun bertanya perihal tali itu, lalu seseorang menjawab, "rumah itu merupakan tempat tinggal seorang lelaki yang sudah tua renta dan buta, dia tidak memiliki penuntun (untuk mengantarkannya ke Masjid pent.), Dia berpegangan pada tali ini setiap waktu sholat untuk menuju masjid dan juga saat kembali dari masjid."

Lalu bagaimana dengan kondisi para pemuda yang sehat, kuat, dan masih bisa melihat (namun tidak mau sholat di Masjid..? pent.)

Sumber: al-badr net

________________
Madinah 21-03-1435 H
ACT El Gharantaly

Rabu, 14 Januari 2015

Lika liku dakwah

LIKU2 DAKWAH AL HAQ
Kita katakan : Jangan baca Al qur'an dikuburan, mending dimasjid atau dirumah saja = eee dikira kita melarang baca Al qur'an..
» Kita katakan : Sholat fardhu lebih baik jama'ah dimasjid, jangan sendiri dirumah = eee dikira kita melarang sholat..
» Kita katakan : Baca shalawat gak perlu teriak2, apalagi diiringi musik, itu mirip orang nyanyi-nyanyi..  Apalagi shalawatnya bukan shalawat dari Nabi =  eee dikira kita melarang Baca Shalawat..
» Kita katakan : Dzikir gak perlu tereak2, badan goyang2, pakek nari2 lagi.. Bukan spt itu tuntunan dari Nabi = eee dikira kita melarang dzikir..
» Kita katakan : Jangan melakukan ritual Tahlilan,
Rasulullah tidak mencontohkannya = eee dikira kita melarang baca Tahlil..
» Kita katakan : Jangan melakukan maulidan, para sahabat yang lebih cinta Rasulullah saja tidak melakukannya = eee dikira kita tidak cinta Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam..
» Kita katakan : Jangan Tawassul dikuburan, bisa jatuh terhadap kesyirikan = eee dikira kita melarang Ziarah kubur..
» Kita katakan : Jangan berbuat syirik = eee dikira kita mengkafirkan..
» Kita katakan : Jangan berbuat bid'ah = eee dikira kita menuduh mereka sbg ahlul bid'ah..
» Kita katakan : Jangan taqlid buta pada madzhab tertentu = eee dikira kita anti madzhab, anti ulama', dst..
» Kita katakan : Jangan yasinan, apalagi dikhususkan waktunya, apalagi pahalanya untuk dikirimkan ke mayit = eee dikira kita melarang baca Surat Yasin..
» Kita katakan : Allah memerintahkan saling mengingatkan dan menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.. Amar makruf nahi munkar = eee dikira kita memecah belah umat islam.

Allahul musta'an

COPAS dari ~> https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=863312617067730&id=100001669999904&_rdr

Selasa, 13 Januari 2015

Aku ingin berubah

AKU HARUS BERUBAH ☆

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jika orang ingin berubah, yang perlu dimiliki dan dipersiapkan adalah :

1. Ilmu, orang yang mau berubah harus memiliki ilmu orang bisa berubah karena semakin berilmu dan memiliki ilmu.
Dulu tidak tahu setelah tahu maka berubah. Dulu bodoh setelah pintar dan berilmu akan berubah lebih baik. 

2. Niat dan Tekad (Azimah).
Ketika kita ingin berubah maka butuh niat, tekad, butuh keinginan kuat untuk berubah, bukan sekadar angan-angan kosong yang tidak diperjuangkan.

3. Berteman dengan orang-orang yang shalih. 
Orang yang ingin berhenti mabuk tapi masih berteman terus dengan pemabuk, tentu dia akan susah berubah dari pemabuk menjadi orang yang tidak suka mabuk. Karena itu tinggalkan teman-teman burukmu dan carilah teman-teman yang shalih dan shalihah maka anda akan bisa berubah.

4. Belajar dari pengalaman orang-orang yang berubah lebih baik, membaca biografinya, bagaimana perjalanan hidupnya, bagaimana dia bisa berubah, bagaimana akhir kehidupannya. 

5. Doa.
Orang kalau ingin berubah harus berani berdoa utk berubah. Para perokok hanya ngomong ingin berubah tapi tidak pernah berdoa kepada Allah agar bisa untuk berubah. Begitu juga seorang yang memiliki keinginan untuk berubah harus berani berdoa untuk bisa berubah.

6. Harus sering-sering mengisi iman (hadir di majlis ilmu).
Ketika iman sudah mulai lemah/sudah malas beribadah, malas untuk menjalankan ketaatan maka  sering-seringlah hadir di majlis ilmu.

Disarikan dari kajian Ust. DR.  Syafiq Reza Basalamah MA  حفظه الله تعالى

Simak kajian selengkapnya : http://youtu.be/1eufwP03Stk

Senin, 12 Januari 2015

Talbis iblis

Urutan talbis iblis :
1. Mengajak pada kekufuran dan musyrik.
2. Mengajak orang pada perbuatan bid'ah.
3. Mengajak pada dosa dosa kecil yang di anggap remeh.
4. Mengajak melakukan dosa kecil namun menyadarinya.
5. Disibukkan dengan perkara yg sunnah dan meninggalkan wajib.
6. Menyibukkan manusia pada perbuatan tidak bermanfaat.

Sebab manusia mudah di talbis  :
1. Jahil dalam agama
2. Hawa nafsu kuat namun iman dan ikhlas lemah
3. Lalai dari dzikir kepda  Allah.
4. Tidak berusaha untuk mempelajari talbis iblis
5. Berlebih-lebihan

Kiat Keluar dari talbis iblis
1. Kuatkan keimanan kepada allah
2. Terus menuntut ilmu syar'i
3. Kuatkan keikhlasan hanya untuk allah
4. Jaga diri dengan dzikir dan berlindung kepada allah.

Sabtu, 10 Januari 2015

Kami Rindu Rasulullah

[DAN, GURUKU PUN AKHIRNYA MENANGIS..]

Membaca status teman-teman facebook yang ada di beranda perihal penyerangan sekelompok orang ke kantor majalah Charlie Hebdo, mengingatkan saya pada kisah salah seorang sahabat yang hendak meng-qishos Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, diceritakan oleh guru kami Syeikh Dr. Al-Jaabiriy hafidzohullah (dosen mata kuliah Tarbiyah Islamiyah) kurang lebih 2 setengah tahun yang lalu, tidak lama setelah kasus karikatur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang dirilis oleh redaksi majalah Charlie Hebdo yang berpusat di Prancis -qotalahumullah-.

Kurang lebih begini kisahnya :

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merapatkan shaf para sahabat di perang Badar, secara tidak sengaja cambuk yang ada di tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai perut sahabat Sawad bin Ghoziyyah rodhiallahu ‘anhu, sebab waktu itu beliau sedikit lebih maju dari yang lain,

“Luruskan (shaf) wahai Sawad..!” Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Engkau telah menyakitiku ya Rasulullah..” Jawab Sawad.

“Allah telah mengutus engkau dengan haq, maka perkenankanlah aku untuk meng-qishohmu..!” Pinta Sawad kepada Rasulullah untuk mencambuk tubuh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tanpa fikir panjang Rasulullah pun mempersilakan sahabatnya itu untuk membalas cambukan tersebut.

“Tatkala cambukmu mengenai perutku, tak ada sehelai kainpun yang menghalanginya,” Ujar Sawad kembali.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam langsung menyingkap bagian perut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dicambuk. Namun apa yang terjadi?

Ternyata Sawad bin Ghoziyyah melepaskan cambuk dari genggamannya dan memeluk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mencium perut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allahu Akbar..!!

seketika, mimik wajah guru kami berubah, suaranya yang serak-serak basah semakin lirih dan membuat kami, para mahasiswa terbawa arus kisah, seakan-akan kami sedang menyaksikan dengan mata kepala sendiri tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang ingin diqishos.

“Apa gerangan yang membuat engkau melakukan ini wahai Sawad?”

Tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam heran.

“Wahai Rasulullah bukankah sekarang kita dalam peperangan, dan tidak ada jaminan bagiku dari kematian, maka aku ingin mengakhiri hidup ini dengan menempelkan kulitku dengan kulitmu.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendo’akan sahabat ini dengan kebaikan, dan ternyata do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikabulkan oleh Allah, Sawad bin Ghoziyyah memperoleh gelar syahiid pada pertempuran itu.

Tak terasa, butir-butir air mata meleleh ke pipi guru kami, sambil menerangkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik Nabi dan Rasul, pemimpin yang paling adil, lantas apa urusan mereka, orang-orang kafir yang membuat karikatur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam..?!

Keadaan kelaspun hening, larut berkabut kerinduan yang membuncah kepada Rasul pilihan, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tak sedikit dari mahasiswa yang ikut melelehkan air mata bersama guru kami. Berbayang betapa kejinya orang-orang kafir yang menghina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi. Akhlaq beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah cerminan Al-Qur’an kalamullah, Rabb yang Kasih-Nya menyelimuti seluruh alam beserta isi, tak terkecuali kepada orang-orang kafir.

Ya, meski demikian pelecehan orang kafir tersebut setitikpun tidak akan pernah mengurangi kemulian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demi Allah..!! tidak akan pernah..!! Hanya orang-orang picik nan kerdil akalnya yang berani menghina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena sejarah telah menoreh dengan tinta permata berlian akan keagungan dan kemulian akhlak baginda Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Allahumma sholli wa sallim wa barik ‘ala Rosulin karim, Muhammad ibn ‘Abdillah -shallallahu ‘alaihi wasalam wa ‘ala ahli baitihi wa shohbihi ajma

sumber : FP Di Kota Nabi

.::Syaikh dan Burung Beo

.::Syaikh dan Burung Beo

eorang syaikh mengajarkan tauhid dan akidah kepada para muridnya. Beliau mendidik mereka kalimat tauhid dan menjelaskan maknanya dengan panjang lebar disertai keteladanan dalam rangka meneladani apa yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu 'ajaihi wasallam.

Para muridnya tahu dengan baik bahwa guru mereka itu begitu senang memelihara burung dan kucing. Karena itu, saat baru saja durus (pelajaran harian) usai, salah seorang murid menghadiahkan seekor burung beo kepada guru tercinta.

Hari terus berlalu. Bertambahlah kecintaan sang syaikh kepada burung beonya itu. Beliau kerap kali mengajak hewan yang pandai meniru suara itu dalam majelis beliau. Hingga pada akhirnya sang burung begitu mahir mengucapkan kalimat la ilaha illallah.

Sang burung mengucapkan kalimat itu siang dan malam.

Suatu ketika, tiba-tiba syaikh menangis dan ini menjadikan para muridnya heran lantas bertanya alasannya.

Syaikh menjawab:

"Seekor kucing menyerang dan mencakar burung beo hingga mati."

"Apakah anda menangis hanya gara-gara ini wahai syaikh? Kalau anda berkenan, kami bisa memberikan burung beo lain yang lebih bagus."

Syaikh menjawab:

"Sungguh bukan itu. Ada hal lain yang membuatku menangis pilu. Sang beo, ketika diterkam kucing,p begitu menjerit dan terus menjerit kesakitan hingga mati tanpa mengucapkan apapun padahal selama hidupnya begitu sering mengucapkan kalimat tauhid.

Ia lupa kalimat tauhid itu karena selama ini beo hanya mengucapkannya di semata lisan saja, tak menghujam dalam jiwa.

Aku begitu takut kita mengalami seperti beo ini di penghujung senja umur kita. Kita hidup di dunia dan mengucapkan la ilaha illallah dengan lisan kita namun ketika malaikat maut hadir kita lupa dan tidak mengingatnya sama sekali karena hati kita belum mengetahui makna kalimat tauhid."

Para murid syaikh pun menangis karena takut akan ketiadaan kejujuran hati tentang kalimat la ilaha illallah.

-----
Diterjemahkan dan diadaptasi dari pesan WA syaikh Abdul Wahhab al-Hakamiy, seorang dosen LIPIA berkebangsaan Saudi Arabia.

----
Fachriy Aboe Syazwiena

Selasa, 06 Januari 2015

Cermin diri

CERMIN DIRI

Sebagian Ayah cemas bila kuliah anak-anak mereka berantakan, tetapi tidak cemas bila agama anak-anak mereka berantakan.

Ketahuilah... Jika perhatian kita terhadap prestasi akademik anak jauh lebih besar ketimbang perhatian kita terhadap sholat dan kehidupan beragama mereka, itu berarti kita telah gagal menjadi seorang ayah.

Ingat..!!

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya" (al-hadits)

Catatan:
Meskipun seorang ayah dituntut agar memberi perhatian lebih terhadap agama anak-anaknya, bukan berarti ia boleh menyepelekan prestasi akademik mereka.

Seorang ayah tetap dituntut agar memberi perhatian terhadap prestasi akademik anak-anaknya demi kebaikan dunia mereka, yang nantinya akan menjadi wasilah untuk meraih kebahagiaan di akhirat nanti.

Makna inilah yang tersirat dalam do'a nabi -shallallahu alaihi wasallam- yang berbunyi:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku, dimana ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku. Dan perbaikilah duniaku untukku, yang ia menjadi tempat hidupku. Serta perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari berbagai keburukan.” (HR. Muslim).

Wallahu a'lam

Semoga bermanfaat

_________________
Madinah 13/03/1436 H
ACT El Gharantaly

Sabtu, 03 Januari 2015

Rezeki dari allah

Re-copas dr group Muslim BPS se-Kalteng

Belajar soal Rezeki dari Kakek Penjual Rujak

HARI ini hujan mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak numpang berteduh di teras ruko.

Beliau saya pinjamkan tempat duduk dari dalam toko. Masih penuh gerobaknya dengan buah-buah tertata rapi.

Kulihat dari dalam toko beliau membuka buku kecil. Rupanya sebuah alquran. Beliau begitu tekun dengan Al-Qurannya.

Sampai jam setengah 11 hujan tak kunjung berhenti.

Saya mulai risau karena sepi pembeli.

Saya keluar sekadar memberikan air minum kemasan dan beberapa butir kurma.

Tidak ada sedikitpun raut gelisah terlihat di wajahnya.

“Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak… ” Kataku sambil menatap gerobaknya. “Masih banyak banget.”

Beliau tersenyum, “Iya bu.. Mudah-mudahan ada rejekinya.. .” jawabnya.

“Aamiin,” kataku.

“Kalau gak abis gimana, Pak?” tanyaku penuh iba…
Vx
“Ya.. Kalau gak abis ya risiko, Bu… Kalau yang gak bisa sampai besok kayak semangka, melon yang udah kebuka ya kasih ke tetangga juga seneng daripada kebuang. Kalau kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan. Mudah-mudahan aja dapet nilai sedekah,” katanya tersenyum.

“Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?” tanyaku lagi.

“Ya Alhamdulillah bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa dan meminta sesuatu sama Allah. Kan kalau hujan waktu mustajab buat berdoa bu…” Katanya sambil tersenyum. “Dikasih kesempatan berdoa juga kan rejeki, Bu…”

“Terus kalau gak dapet uang gimana, Pak?” tanyaku lagi.

“Berarti rejeki saya bersabar, Bu… Allah yang ngatur rejeki, Bu… Saya bergantung sama Allah.. Apa aja bentuk rejeki yang Allah kasih ya saya syukuri aja. Tapi Alhamdulillah, bertahun tahun saya jualan rujak belum pernah sampai kelaparan.

“Pernah gak dapat uang sama sekali, tau tau tetangga ngirimin makanan. Kita hidup cari apa Bu, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha,” katanya lagi sambil memasukan Alqurannya ke kotak di gerobak.

“Mumpung hujannya rintik, Bu… Saya bisa jalan .. Makasih yaa ,Bu…” katanya sambil menutup badannya dengan plastik dan membuka payung yang menempel di grobaknya.

Saya terpana… Betapa malunya saya, dipenuhi rasa gelisah ketika hujan datang, begitu khawatirnya rejeki materi tak didapat sampai mengabaikan nikmat yang ada di depan mata.

Tiba-tiba hati yang tadinya gundah menjadi ceria, mumpung masih hujan … Masih ada kesempatan dapat berdoa di waktu mustajab. []