Pencarian

Selasa, 22 Desember 2015

Hari ibu

Setelah yang katanya hari ibu ini lazim dirayakan di masyarakat,  akhirnya masyarakat pun terbiasa memberikan sesuatu yg spesial utk ibu hanya di hari ini saja,  dan di hari lainnya malah kehadiran ibu perlahan-lahan menjadi tidak berarti krn harus menunggu hari ibu biar lebih greget.
Hampir sama saja dgn perayaan maulid nabi, hingga di hari ini,  masyarakat hanya mau mengenal nabinya hanya di hari tertentu saja, di hari itu mereka kumpul di masjid mendengarkan kisah-kisah nabinya dibacakan dan mereka pun lalai di hari lainnya krn sudah ada hari khusus utk mencintai nabinya. Bagaimana mungkin kita memahami kisah manusia yg paling mulia itu hanya dengan duduk 2 atau 3 jam saja?? Cinta seperti apa yg bisa tumbuh hanya dgn perkenalan 2 atau 3 jam saja??

Mengerikan,  anak-anak sudah tidak tau lagi tentang kisah nabi mereka,  entah kemana orang2 tua yang selalu membacakan kisah-kisah nabi serta org2 sholeh. 
Entah kemana orang2 tua yang selalu menyemangati anak cucu mereka utk membaca+menghapal al quran?

Atau mungkin mereka berharap nanti dgn adanya maulid nabi juga akan diceritakan oleh pak ustadz yg walaupun tak jarang kita mendengar bahwa banyak ceramah yg berakhir dgn ketawa saja tanpa ada nasehat yg mengena,  atau para remaja malah terlihat sibuk kongko2 di pinggir jalan dgn peci dan sarungnya menunggu waktu makan setelah ceramah usai.

Jumat, 18 Desember 2015

Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu

"Telat MENIKAH" >> Kisah Menyentuh Hati
Yang belum menikah wajib tau...!!!

Aku sudah lulus dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus. Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.

Kemudian kesibukan kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun.

Ketika itulah aku baru menyadari bagaimana susahnya terlambat menikah. Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.

Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.

Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.

Aku segera menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?

Aku menjawab: Benar.
Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja.
Usiamu sudah lewat 30 tahun.
Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.
Sementara aku ingin sekali menimang cucu.

Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.

Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.

Akupun pergi ke Mekah. Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka’bah. Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.

Setelah selesai shalat, aku melihat seorang perempuan membaca al Qur’an dengan suara yang sangat merdu.
Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:

(وكان فضل الله عليك عظيما)
“Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar”. (An Nisa': 113)

Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.

Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya.
Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:

(ولسوف يعطيك ربك فترضي)
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)

Demi Allah, seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang.

Setelah seluruh ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo. Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.

Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun. Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku. Kami bertanya kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara?

Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi. Hanya beberapa saat, tiba-tiba temannya itu datang. Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.

Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku…..

Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara menelphonku. Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku. Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga. Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.

Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.

Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya. Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.

Akhirnya…..aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu. Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.

Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri.
Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.

Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku. Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.

Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.

Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.

Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah.

Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikutnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”

Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.

Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.

Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab:
Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.

Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan. Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan. Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.

Aku dikagetkan dengan pernyataannya:

“Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?

Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?

Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.

Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.

Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.

Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:

(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami…” (Ath Thur: 48)

Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu. Bila artikel ini ada manfaatnya silahkan di-share. [Dikutip dari: Cirebon Tanpa Pacaran]

=========================

Sabtu, 14 November 2015

Kisah Sabar yang Paling Mengagumkan

Akhwatmuslimah.com – Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.
Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Subhanaahu wa Ta`ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.”
Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!”Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata:“Alhamdulillah.” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.
Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya:“Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata:“Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.”
Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta`ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata:“Alhamdilillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta`ala , dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu:“Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan:“Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia.”
Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata:“Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati.” Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran:“Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut:“Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.”
Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam yang indah lagi agung:(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء)“Beruntunglah orang-orang yang asing.” Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu:“Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah:“Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu:“Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat.” Diapun berkata:“Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.
Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo’a, dan merendahkan diri kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala ?
Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta`ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.
Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya:“Siapakah mereka?” Dia menjawab,“Tidak mengenal mereka.”
Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata:“Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.”
Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya:“Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Subhanaahu wa Ta`ala.”
Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
Sang suami berkata:“Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar’i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo’akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.”
Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata:
“Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” Kisah selesai.
Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ` bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta`ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. al-Bukhari (5/2137))
Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala , minta dan berdo’alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu wa Ta`ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta`ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do’a-do’a kalian.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (١٢٦)
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raf: 126) .
(Sumber: Majalah Qiblati )
http://www.akhwatmuslimah.com/2012/01/02/603/kisah-sabar-yang-paling-mengagumkan/

Kamis, 12 November 2015

Arab badui dan al quran

Arab Baduwi Mendengar Al Quran Pertama Kali

Sepulang dari sebuah masjid, Al Ashma'i salah seorang ulama besar bertemu seorang arab baduwi. Arab baduwi dikenal tidak memiliki ilmu dan adab.
Arab baduwi mengucap salam dan Al Ashma'i menjawabnya.
Arab baduwi: Dari suku mana anda?
Al Ashma'i: Dari suku Ashma'
Arab Baduwi: Oh, kamu Al Ashma'i?
Al Ashma'i: Benar
Arab Baduwi: Anda baru datang dari mana?
Al Ashma'i: Dari tempat yang dibacakan di dalamnya kalam (ucapan) Ar Rahman.
Arab Baduwi: Apakah Allah punya kalam yg dibaca oleh makhluk?
(Sampai sebegitunya, Arab baduwi tidak tahu adanya Al Quran)
Al Ashma'i: Benar
Arab Baduwi: Bacakan untukku ucapan-Nya!

Al Ashma'i membacakan surat Adz dzariyat hingga sampai ayat:
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ 
Dan di langit terdapat rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.

Arab Baduwi: Benarkah seperti itu kalam Allah?
Al Ashma'i: Benar

Arab Baduwi itu kemudian menghunus pedangnya, menyembelih untanya, mengulitinya dan membagikannya kepada yg lewat.
Al Ashma'i ikut membantu membagikan sambil terheran-heran. Arab baduwi pergi sambil terus membaca ayat tersebut.
Al Ashma'i merenung dan menghardik dirinya sendiri: kemana kau wahai Al Ashma'i yg sdh 30 tahun membaca Al Quran. Ini Arab Baduwi baru sekarang mendengar ayat...

Setelah sekian lama, Al Ashma'i haji bersama Khalifah Harun Ar Rasyid. 
"Al Ashma'i....Al Ashma'i...,"
suara lirih memanggilnya.
Al Ashma'i menengok dan dijumpainya Arab Baduwi yg pernah ditemuinya itu. 
"Bacakan untukku ucapan Ar Rahman yg waktu itu."
Al Ashma'i kembali membaca surat Adz Dzariyat.
"Apakah Ar Rahman mempunyai ucapan lain?"
"Iya."
"Bacakan untukku."
Al Ashma'i melanjutkan ayat tersebut:

فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.

Arab Baduwi langsung berkata:
"Siapa yg membuat Allah yg Maha Agung marah, sampai Dia harus bersumpah?"

Beberapa kali diucapkannya ayat itu dan Arab baduwi meninggal.

(Bacalah ulang kalimat terakhir arab baduwi di atas. Pahamkah cara berpikirnya? Kalau tidak, maka pemahaman kita terhadap Al Quran lebih rendah dari Arab Baduwi yang baru pertama mendengar ayat...

Sudah sejak kapan kita membaca Al Quran...?
Sudahkah bisa menggerakkan akal dan hati kita?
Lebih rendah dari arab baduwi...???
Astaghfirullah....ampuni ya Robb)

‪#‎sapapagi‬ Ustadz Budi Ashari, Lc

Sabtu, 07 November 2015

Inilah Ibu Mereka

Sapa pagi Budi Ashari :
Ini Ibu Mereka
Hindun binti Utbah. Saat anaknya masih kecil, ada yg berkata kepada ibunya: kelak anak ini menjadi pemimpin bagi kaumnya.
Hindun berkata: "Celakalah dia, kalau hanya menjadi pemimpin bagi kaumnya saja!"
Anak itu besar dan benar memimpin bumi, bukan hanya kaumnya. Muawiyah radhiallahu anhu.
(Ibu yg tak rela dgn hasil yg sederhana)
Seorang ibu. Suatu hari dia berkata pada anaknya:
"Nak, tuntutlah ilmu. Aku yg mencukupimu dgn tenunanku.
Nak, jika kamu telah menulis sepuluh hadits, maka lihatlah jiwamu apakah ia bertambah takut, lembut dan wibawa. Jika kamu tdk melihat itu ketahuilah bahwa ia membahayakanmu dan tidak manfaat bagimu."
Dan lahirlah seorang pakar ilmu besar bidang hadits dan faqihnya arab. Sufyan ats tsauri rahimahulloh.
(Ibu yg berjuang membiayai pendidikan anaknya dan membimbing dgn nasehat mahalnya)
Seorang ibu. Dia hampir tak pernah melewatkan malam-malamnya utk menangis dan berdoa dalam qiyamnya. Hingga suatu hari ibu ini bermimpi melihat Nabi Ibrahim yg memberi kabar gembira hasil banyaknya doa dan derasnya air mata. Kabar gembira tentang anaknya yg bisa melihat kembali setelah buta sejak kecil. Dan benar pagi itu, anaknya bisa melihat.
Di usia anaknya ke-16 tahun, ibu ini mengantarkannya ke Mekah utk haji sekaligus duduk di pusat ilmu Islam. Agar kelak ia pulang menjadi amirul mu'mini bidang hadits Imam Al Bukhari rohimahulloh.
(Ibu yg membangun kesholehannya utk anaknya dan mengawal pendidikannya)
(Terkadang dari rahim seorang ibu lahir bayi yg kelak bermanfaat bagi seluruh umat Muhammad...
Untukmu, para ibu dan calon ibu....)

Rabu, 04 November 2015

Kau Jujur Kepada Allah, Maka Allah Membuktikannya

Sapa Pagi Budi Ashari :
Kau Jujur Kepada Allah, Maka Allah Membuktikannya!!!
😭😭😭

Seseorang datang kepada Nabi dan beriman. Dia berkata: Aku hijrah kepadamu. Maka Nabi memerintahkan kepada sebagian sahabat untuk mengurusi saudaranya ini.
Di sebuah jihad, Nabi mendapatkan ghanimah. Orang itupun mendapatkan bagiannya.
Dia bertanya: Apa ini?
Sahabat menjawab: Ini pembagian dari Nabi.
Dia mengambilnya dan membawanya kepada Nabi dan bertanya: Apa ini?
Nabi menjawab: Ini bagianmu
Dia berkata: BUKAN UNTUK INI AKU MENGIKUTIMU. TETAPI AKU MENGIKUTIMU UNTUK AKU TERPANAH DI SINI –dia menunjuk lehernya- KEMUDIAN AKU MATI DAN AKU MASUK SURGA
Tidak lama setelah itu para sahabat berjihad bersama orang itu. Setelah selesai, orang itu meninggal seperti yang diinginkannya dengan panah menancap di lehernya.
Nabi bersabda: DIA JUJUR KEPADA ALLAH, MAKA ALLAH MEMBUKTIKANNYA.
Kemudian Nabi mengkafaninya dengan menggunakan jubah beliau. Beliau menyolatinya. Di antara doa beliau: YA ALLAH, INI HAMBA MU. KELUAR UNTUK BERHIJRAH DI JALAN MU. TERBUNUH SYAHID DAN AKU SEBAGAI SAKSINYA...
Umar bin Al Hamam Al Anshari. Di Perang Badar, Rasulullah berkata: Bersegeralah bangkit menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Umair bin Al Hamam Al Anshari berkata: Ya Rasulullah, Surga seluas langit dan bumi?
Rasul menjawab: Benar
Umair: Bakhin....bakhin....
Rasul bertanya: Mengapa kau katakan itu?
Umair: Tidak demi Allah, kecuali hanya harapan agar aku menjadi penghuninya.
Rasulullah bersabda: Engkau termasuk penghuninya!
Maka Umair mengeluarkan beberapa butir kurma dari sakunya dan memakannya. Kemudian berkata: KALAU AKU MASIH HIDUP DENGAN MEMAKAN KURMA-KURMA INI MAKA INI KEHIDUPAN YANG TERLALU LAMA....
Umair melempar kurma itu, kemudian berjihad dan syahid!
Saad bin Khaitsamah Al Anshari. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta agar para sahabat berangkat ke Badar. Ayahnya Saad yaitu Khaitsamah berkata kepada Saad: Harus ada salah satu di antara kita yang tinggal di rumah. Biarkan aku berangkat dan tinggallah kamu menjaga para wanita.
Saad menolak dan berkata: KALAU SELAIN SURGA AKU AKAN MENGALAH, TETAPI AKU BERHARAP SYAHID!
Maka ayah dan anak itu pun mengundi siapa yang keluar namanya dia yang berangkat ke Badar. Yang keluar nama Saad. Dan Saad pun syahid, SEPERTI YANG DIINGINKANNYA...
(Persembahan untuk ananda M. Iqbal Hakim dan kedua orang tua berikut nenek dan keluarga besarnya, juga para guru Kuttab Al Fatih Purwakarta yang telah mengukirnya. Akhirnya, seluruh keluarga besar Al Fatih....
Nak, justru kami minta kelak kau jadi saksi bagi kami. Saksikan bahwa kami termasuk yang mengenalkanmu surga dan Rasulullah yang kau rindukan itu, agar kami bertemu dirimu kembali di Surga Nya di samping Rasul Nya.............)

Rabu, 28 Oktober 2015

HUJAN DAN MAKSIAT 

#kisah hikmah#

☔HUJAN DAN MAKSIAT 

Pada zaman Nabi Musa 'Alaihis-Salam, Bani Israel ditimpa kemarau yang berkepanjangan. Mereka berkumpul mendatangi Nabi Musa, mereka berkata, "Wahai Nabi Allah, berdoalah kepada Rabb-mu agar Dia menurunkan hujan kepada kami....!"

Maka berangkatlah Nabi Musa 'Alaihis-Salam bersama kaumnya menuju padang yang luas. Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang.

Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh dan kumuh, penuh debu, haus, dan lapar...

Nabi Musa berdoa,
إلهي ... أسقنا غيثك ... وانشر علينا رحمتك وارحمنا بالأطفال الرضع ... والبهائم الرتع والمشايخ الركع اليك ...

"Ilaahi ...! Asqinaa ghaitsak ... Wan-Syur 'alaina rahmatak ... war-Hamnaa bil-athfaalir-rudhdha' ... wal-bahaaimir-rutta' ... wal-masyaayikhir-rukka' ilaika ..."

"Tuhanku... Turunkanlah hujan kepada kami... Tebarkanlah Rahmat-Mu kepada kami, kasihilah kami demi anak-anak yang masih menyusu... Demi hewan ternak yang merumput, dan demi para orang-orang tua yang ruku' kepada-Mu ..."

Namun setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Nabi Musa berdoa lagi,

"Ilaahi ... asqinaa...."

Allah-pun Berfirman kepada Nabi Musa,
يا موسى أنى أكون بغيثكم و فيكم رجل يبارزني بالمعاصي أربعين عاما ... فليخرج حتى أغيثكم ...

"Wahai Musa ... Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedang di antara kalian ada seorang hamba yang berma'siat kepada-Ku sejak 40 tahun yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena sebab dialah Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian ..."

Maka Nabi Musa-pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun... Keluarlah ke hadapan kami, karena sebab engkaulah hujan tak kunjung turun ..."

Seorang laki-laki melirik ke kanan dan ke kiri, tapi tidak berani keluar ke hadapan manusia. Saat itu pula dia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud, dia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku, tapi kalau aku tidak keluar, maka hujanpun tidak akan turun..."

Maka hatinyapun gundah gulana, air matanya menetes, menyesali perbuatan ma'siatnya, sambil berkata lirih, "Ya Allah... aku telah berma'siat kepada-Mu selama 40 tahun. Selama itu pula Engkau menutupi 'aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku ..."

Tidak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebalpun bermunculan, semakin lama semakin tebal dan menghitam. Dan akhirnya hujan pun turun..!

Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, padahal tak seorang pun yang keluar ke hadapan manusia".

Allah berfirman,
يا موسى لقد تاب وتبت عليه،  منعت عنكم الغيث بسببه، وأمطرتكم بسببه ..."

"Wahai Musa, dia telah bertaubat dan Aku telah menerima taubatnya, karena orang itulah Aku menahan hujan kepada kalian, dan karena dia pulalah Aku menurunkan hujan ..."

Nabi Musa berkata,
ربي أرني أنظر إليه، ربي أرني ذلك الرجل

"Ya Allah...Tunjukkan padaku orang itu... Tunjukkan aku mana orang itu..."

Allah berfirman,
يا موسى ... لقد سترته وهو يعصيني، أفلا أستره وقد تــاب وعـــاد إلي؟؟

"Wahai Musa, Aku telah menutupi 'aibnya padahal dia bermaksiat kepada-Ku, Apakah sekarang Aku membuka 'aibnya sedangkan ia telah bertaubat dan kembali kepada-Ku?!"

SubhaanAllaah...

Sungguh Maha Pengasih Engkau Duhai Rabbi...

Kalaulah bukan karena Engkau yang menutupi aib-aib kami...
Tentulah kami akan sangat malu di hadapan para hamba-MU...

Engkau mengetahui dosa-dosa kami...

Engkau mengetahui kefakiran dan kebutuhan hajat kami, padahal kami dilihat sebagai orang yang KAYA di pandangan para hamba-MU...

Kami bakhil Ya Rabby... sedikit sekali kami berbagi padahal Rizqi itu dari-MU...

Engkau mengetahui kelemahan dan keluh kesah kami, padahal kami dilihat sebagai orang KUAT di pandangan para hamba-MU...

Saudara-riku tercinta...

Jika Allah Ta'ala, Tuhan yang mengetahui segala hal yang ada di langit dan bumi saja menutupi segala aib hamba-NYA,

Merasa seakan diri ini lebih suci, lebih alim, lebih hebat, dan lebih ahli ibadah. Padahal kita hanya lebih ahli menyebar luaskan keburukan saudara kita....

Tak sadarkah kita bahwa ternyata aib kita sendiri sudah menggunung tak terhingga...

ASTAGHFIRULLAAHAL-'AZHIIM ...
ALLAAHUMMAGHFIR-LANAA ... WARHAMNAA...

Semoga kisah singkat ini bisa menjadi bahan renungan kita untuk selalu memperbaiki diri...

SELAGI ALLAH MENUTUPI AIB KITA...

SELAGI ALLAH BERJANJI MENGAMPUNI DOSA-DOSA KITA

Aamiin ya Rabbal A'lamiin.

📝Sumber: Kitab "Fii Bathnil-Huut"
Oleh: Syaikh DR. Muhammad Al-'Ariifi.

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia
akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Repost by :
💢TEGAR DIATAS SUNNAH
Grup Sharing Kajian Islam
Silahkan berbagi

Kamis, 22 Oktober 2015

Ujub

KETIKA UJUB MELANDA

Berkata Ibnul Qayyim: Jika Allah mudahkan bagimu mengerjakan sholat malam, maka janganlah memandang rendah orang-orang yang tidur...

Jika Allah mudahkan bagimu melaksanakan puasa, maka janganlah memandang orang-orang yang tidak bepuasa dengan tatapan menghinakan.

Jika Allah memudahkan bagimu pintu untuk berjihad, maka janganlah memandang orang-orang yang tidak berjihad dengan pandangan meremehkan.

Jika Allah mudahkan pintu rizky bagimu, janganlah memandang orang-orang yang berhutang dan kurang rizky nya dengan pandangan yang mengejek dan mencela. Karena itu adl titipan Allah yang akan dipertanggung jawabkan kelak.

Jika Allah mudahkan pemahaman agama bagimu, janganlah meremehkan orang-orang yang belum faham agama dengan pandangan hina.

Jika Allah mudahkan ilmu bagi mu, janganlah sombong dan bangga diri..karena Allah lah yang memberi mu pemahaman itu.

Boleh jadi orang yang tidak mengerjakan qiyamul lail, puasa (sunnah), tidak berjihad, dsb lebih dekat pada Allah darimu.

Ibnul Qayyim berkata:
"Sungguh engkau terlelap tidur semalaman dan pagi harinya menyesal..lebih baik daripada qiyamul lail semalaman namun pagi harinya engkau merasa takjub dan bangga diri...sebab orang yg merasa bangga dengan amalnya tidak kan pernah naik (diterima) amalnya"

Mari terus belajar memperbaiki diri....

Kamis, 15 Oktober 2015

INILAH INDONESIA RAYA

INILAH INDONESIA RAYA
📌Indonesia mayoritas Islam tapi, yang paling disudutkan Muslim.
📌lebih serem yang pake cadar, daripada yang pake rok mini.
📌lebih serem orang berjenggot, daripada yang tatoan.
📍pake baju tauhid ditangkep, pake baju PKI ga ape2.
📍lebih curiga sama yang rajin ibadah di mesjid, daripada orang yang mabok2an dan judi.
📍diduga teroris langsung tembak, bandar Narkoba internasional bisa di nego.
lebih mentolelir aliran sesat, daripada syariat.
📌Dunia dah kebolak balik?
Yang Nyunnah - Radikal,
Yang nyeleneh - Toleran.
Yang muda sholat 5 waktu - Waspadai,
Yang muda ga sholat - masih muda.
Yang jenggotan rajin ke masjid - Teroris,
Yang jenggotan rajin dugem - keren.
Yang ke majelis ta'lim pekanan - fanatik,
Yang ke bioskop harian - gaul.
Yang hapal qur'an 30 juz - militan,
Yang hapal banyak musik - hebat.
Yang pakai baju koko - sok alim,
Yang ga pake baju - jantan.
Yang hariannya bicara islam - sok kiai,
Yang hariannya ghibah - up to date.
Media islam - radikal,
Media porno - kebutuhan.
Buka Mata Hati Anda hai manusia!
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim)
Sahabat bertanya siapa kah orang asing itu, Nabi menjawab: Mereka ialah orang2 yang senantiasa melakukan kebaikan ditengah kerusakan.
(HR. Ahmad)

Selasa, 13 Oktober 2015

Sahabat

🌾🌾🌾 TEMAN

Ustadz Badru Salam, Lc, حفظه الله تعالى

Teman..
lihatlah rumput ilalang yang bergoyang..
seakan membisikan pengalaman..
seraya berkata..
hidupku tak lepas dari terpaan angin..
terkadang aku merunduk..
terkadang pula meliuk liuk..
namun itu tak membuatku tersungkur..

Teman..
itulah kehidupan..
tak lepas dari aral yang melintang..
ujian dan cobaan silih berganti..
menyaring keimanan..
demikian Robb kita berfirman:
alif laam miim..
apakah manusia mengira akan dibiarkan berucap kami beriman sementara ia tidak diuji.. (al ankabut: 1)

Teman..
tidakkah kita ingin setegar batu karang..
yang selalu diterjang ombak samudra..
namun ia tegar tak bergeming..
seakan tersenyum anggun menuai kesabaran..

Teman..
sabar di dunia amat indah..
walau pahit dan getir terasa..
tapi ia sementara dan tak lama..
sedangkan sabar di neraka tak lagi berguna..
dalam masa yang amat panjang..
satu harinya sama dengan lima puluh ribu tahun di dunia..
manakah kesabaran yang engkau pilih..

Teman..
sabarlah di atas jalan Rabbmu..
sabarlah tuk menaati Nabimu..
sampai kita berjumpa denganNya..
Nabi bersabda..
bersabarlah.. sampai berjumpa denganku di telaga haudl..

🌐 Sumber: http://bbg-alilmu.com

Senin, 12 Oktober 2015

Wanita

WANITA YANG CANTIK ITU...

.
WANITA yang Cantik Kulitnya, akan Takut Terbakar Panas Matahari,,
Sedangkan,
WANITA yang Cantik Akhlaknya akan Takut Terbakar Api Neraka..
.
WANITA yang Cantik Wajahnya akan Berseri- seri Menikmati Duniawi,,
Sedangkan,
WANITA yang Cantik Hatinya akan Tunduk, Patuh dan Takut pada Illahi.
.
WANITA yang Cantik Dirinya, akan Menangis jika Dunia pergi Darinya,,
Sedangkan,
WANITA yang Cantik Jiwanya akan tercukupi Hidupnya dengan Aqidahnya..
.
WANITA yang Cantik Hidupnya akan Bangga dengan Kemewahaannya,,
Sedangkan,
WANITA yang Cantik akhiratnya akan Berpuasa dan Bersedekah dengan Hartanya..
.
Dan WANITA yang Cantik Zamannya, akan mengikuti Akal, Nafsu dan Segala kehendaknya,,
Sedangkan,
WANITA yang Cantik Waktunya, akan menemukan Hikmah, Ilmu dan Segala Amal Soleh untuknya.. (copas)

Minggu, 11 Oktober 2015

Benci dunia

💰💪🏽📦 APA YANG SUDAH KITA SIAPKAN ?

✒Ust. Syafiq Riza Basalamah MA حفظه الله تعالى

Akhi/Ukhti…

🌴Kenapa kita takut untuk menghadapi kematian ?
Padahal kita semua yakin bahwa suatu hari ia akan datang menjemput kita
Mau tidak mau, suka tidak suka… pasti !
Kenapa kita takut untuk menghadapi sesuatu yang pasti ?

🌴Saya rasa semua memiliki jawaban yang bermacam-macam:

Amalnya masih kurang ?
Masih banyak dosa ?
Kesihan sama anak-anak ?
Belum menikah ?
Belum mencapai cita-cita ?

🌴Pada suatu hari seorang tabi’in Abu Hazim Salamah bin Dinar ditanya oleh Khalifah pada masa itu: Sulaiman bin Abdil Malik.

يا أبا حازم ما لنا نكره الموت؟

قال: لأنكم عمرتم دنياكم وخربتم آخرتكم فأنتم تكرهون أن تنتقلوا من العمران إلى الخراب؟

“Wahai Aba Hazim, kenapa kita membenci kematian ?
Maka beliau berkata, “Karena kalian memakmurkan dunia kalian dan merusak akhirat kalian, sehingga kalian benci untuk berpindah dari tempat yang makmur ke tempat yang rusak dan terbengkalai”.

SubhanAllah!

🌴Itulah realitanya….
Kita sibuk-sibuk untuk membangun dunia kita
Dari pagi sampai sore, sampai malam untuk dunia
Mau tidurpun masih dunia
Bangun tidur tetap dunia…

🌴Sehingga kita memiliki rumah, mobil, keluarga dan tabungan yang banyak

🌴Sedangkan untuk yang setelah kematian…
Hanya sedikit dari harta kita…sedikit sekali dibanding dengan yang kita simpan
Dilihat dari waktu yang kita gunakan untuk membangun akhirat kita
Sangat sedikit sekali, dibanding dengan waktu kita untuk dunia kita…

💫Kalau seperti itu…

🌴Pastilah kita takut, untuk berpindah ke rumah yang belum jadi
Tiada taman
Tiada kawan
Tiada makanan
Bahkan yang ada adalah azab dan siksa

🌴Karena kita mencuekinnya…
Tidak merawatnya
Tidak membangunnya

🌴Sepertinya, kita sudah harus mulai merenung kembali kehidupan kita.

✒Repost
📚Mari Belajar Islam
www.maribelajarislam.com
📚Admin

****

Repost by :
👥 SOBAT MUSLIM, Grup Sharing Kajian Islam Khusus Ikhwan (Laki-laki)
📱 Admin: +62 853-1028-3995 (Daftar via WhatsApp, Ketik: Daftar#Nama#Kota Domisili)

Memuja dunia

Terkadang kita cemburu (iri) terhadap orang yg mengungguli kita dalam perkara nasab (keturunan), harta atau ketenaran.. Akan tetapi kita tidak cemburu (iri) apabila kita diungguli di dalam shoff (barisan) yg terdepan dalam sholat atau hafalan Al-Qur'an..
Itu adalah bentuk memuja dunia dan lupa terhadap akhirat..

Senin, 05 Oktober 2015

Menutupi aib

Kalaulah Bukan Karena Allah Menutupi Aib-Aib kita
........
Alhamdulillah, wash shalaatu wassalaamu ‘ala nabiyyinaa Muhammad, wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa man tabi’ahum bi ihsaan, wa ba’d .
Pada zaman Nabi Musa ‘alaihis salam, bani Israel ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata, “Ya Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.” Maka berangkatlah Musa ‘alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas. Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh dan kumuh penuh debu, haus dan lapar.
Nabi Musa berdoa, “Ilaahi! Asqinaa ghaitsak…. Wansyur ‘alaina rahmatak… warhamnaa bil athfaal ar rudhdha’… wal bahaaim ar rutta’… wal masyaayikh ar rukka’…..”
Setelah itu langit tetap saja terang benderang… matahari pun bersinar makin kemilau… (maksudnya segumpal awan pun tak jua muncul).
Kemudian Nabi Musa berdoa lagi,
“Ilaahi … asqinaa….”
Allah pun berfirman kepada Musa,
“Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian…”
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, “Wahai hamba yang
bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun… keluarlah ke hadapan kami…. karena engkaulah hujan tak kunjung turun…”
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri… maka tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia… saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud…..
Ia berkata dalam hatinya, “Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku… Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun.”
Maka hatinya pun gundah gulana… air matanya pun menetes….. menyesali perbuatan maksiatnya… sambil berkata lirih, “Ya Allah… Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun… selama itu pula Engkau menutupi ‘aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku…”
Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun bermunculan… semakin lama semakin tebal menghitam… dan akhirnya turunlah hujan.
Musa pun keheranan, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia.” Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan kepada kalian oleh sebab hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.”
Musa berkata, “Ya Allah… Tunjukkan padaku hamba yang taat itu.”
Allah berfirman, “Ya Musa, Aku tidak membuka ‘aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka ‘aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!”
(Kisah ini dikutip dari buku berjudul
“Fii Bathni al-Huut” oleh Syaikh DR. Muhammad Al ‘Ariifi, hal. 42)
Subhaanallah… Kalaulah bukan karena Allah menutupi aib-aib kita…
***
Penulis: Abu Yazid T. Muhammad Nurdin
Artikel www.muslim.or.id

Senin, 28 September 2015

Kisah berjalan ke makkah

✏✏...MANA PENGORBANANMU!

✒[Kisah Motivatif, Ditulis dengan Tinta Air Mata]

🌴Adalah Syaikh Utsman Dabu –semoga Allah merahmati beliau- berasal dari Republik Gambia, ujung Barat Afrika. Beliau tinggal di rumah sederhana pada suatu desa kecil dekat ibukota Banjul.

Syaikh Utsman menceritakan perjalanannya bersama empat kawannya lima puluh tahun yang lalu ketika menuju Baitullah dengan berjalan kaki dari Banjul menuju Makkah. Mereka berlima meretas benua Afrika dari Barat hingga Timur tanpa berkendaraan, kecuali pada waktu-waktu singkat yang mereka mengendarai hewan hingga mereka tiba di Laut Merah guna menyeberang menuju Jeddah.

Suatu perjalanan penuh keajaiban yang berlangsung selama dua tahun. Kadang mereka singgah di sebagian kota untuk istirahat, bekerja, dan berbekal, kemudian melanjutkan perjalanan.

Beliau ditanya, “Bukankah haji ke Baitullah diwajibkan atas orang yang mampu, sedangkan Kalian dalam keadaan tidak memiliki kemampuan?”
Beliau menjawab, “Benar. Namun, pada suatu hari, Kami saling berbicara tentang kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm ketika beliau berangkat membawa keluarganya ke lembah yang tidak bertanaman di sisi Baitullah yang terhormat. Salah seorang di antara Kami berkata, ‘Kita sekarang adalah para pemuda yang kuat lagi sehat. Oleh karena itu, apakah udzur Kami di sisi Allah jika Kami kurang dalam menempuh perjalanan ke Baitullah. Apalagi Kami merasa bahwa hari-hari yang bergulir hanya menambah kelemahan. Maka, untuk apa diakhirkan?’ Kawan itu pun memicu dan memotivasi Kami untuk menempuh perjalanan dengan mengharapkan pertolongan dari Allah.”

Keluarlah mereka berlima meninggalkan rumah-rumah mereka dengan perbekalan yang tidak mencukupi lebih dari satu pekan. Di perjalanan mereka, ada berbagai kesulitan, kesempitan, dan kesesakan yang hanya diketahui oleh Allah. Betapa banyak malam yang mereka lalui dengan lapar yang hampir membinasakan mereka. Tak terbilang malam yang mereka harus meninggalkan kenikmatan tidur lantaran kejaran binatang buas. Sering berulang malam yang berliput ketakutan akan para penyamun yang menghadang di berbagai lembah.

رُبَّ لَيْلٍ بَكَيْتُ مِنْهُ فَمَا
صِرْتُ فِي غَيْرِهِ بَكَيْتُ عَلَيْهِ
Betapa banyak malam yang telah kutangisi
Tatkala Kupindah ke malam (lain), kembali aku menangisinya

Syaikh Utsman berkata,
“Suatu malam, Saya tersengat oleh (binatang berbisa) di tengah perjalanan. Maka, Saya pun ditimpa oleh panas hebat dan rasa pedih dahsyat yang membuatku terduduk dan tidak bisa tidur. Saya telah mecium bau kematian berjalan di urat-uratku,

وَإِنِّي لَأَرْعَى النَّجْمَ حَتَّى كَأَنَّنِيْ
عَلَى كُلِّ نَجْمٍ فِي السَّمَاءِ رَقِيبُ
Sungguh Saya terus mencermati bintang-bintang itu, hingga seakan …
Saya adalah pengawas setiap bintang di langit

Kawan-kawanku pergi bekerja, sementara saya hanya berteduh di bawah pohon hingga mereka kembali di penghujung siang. Syaithan terus memberi was-was ke dalam hatiku, “Bukankah seharusnya Engkau tetap tinggal di negerimu? Mengapa Engkau membebani dirimu dengan hal yang Engkau tak mampu saja?”

Jiwaku menjadi berat dan hampir Saya melemah hingga kawan-kawanku datang. Salah seorang di antara mereka melihat ke wajahku dan bertanya akan keadaanku. Saya pun menoleh kepadanya dan mengusap setetes air mata yang telah mengalahkanku. Seakan, dia merasakan penderitaanku. Dia berkata, “Bangunlah. Berwudhulah, kemudian shalatlah. Engkau takkan mendapatkan, kecuali kebaikan –dengan izin Allah-.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” [Al-Baqarah: 45]

Dadaku pun menjadi lapang, dan Allah menghilangkan kesedihan dariku, Alhamdulillah.

Kerinduan mereka pada dua tanah Haram terus berdendang mengiringi mereka pada segala keadaan. Pedih perjalanan serta bahaya dan prahara laluan telah menjadi ringan.

Tiga orang di antara mereka telah meninggal. Yang terakhir wafat berada di hamparan lautan. Hal menakjubkan dari orang ketiga yang wafat adalah, dia berpesan kepada kedua kawannya,
“Jika kalian berdua mencapai Masjidil Haram, beritahukanlah kepada Allah akan kerinduanku berjumpa dengan-Nya. Mintalah kalian berdua kepada-Nya agar mengumpulkan Saya dan Ibuku bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam.”

Syaikh Utsman bertutur,
“Tatkala kawan Kami meninggal, Saya tertimpa gundah gulana hebat dan kesedihan dahsyat. Itulah hal terberat yang Saya jumpai pada perjalananku. (Kawanku) itu adalah orang yang paling sabar dan kuat di antara Kami. Saya telah khawatir meninggal sebelum mendapat nikmat mencapai Masjidil Haram. Saya telah menganggap hari-hari dan saat-saat itu lebih panas daripada bara api.

إِذَا بَرَقْتَ نَحْوَ الْحِجَازِ سِحَابَةٌ
دَعَا الشَّوْقُ مِنِّي بَرْقَهَا الْمُتَطَامِنُ
Jika awan bergelegar di arah Hijaz
Kerinduan yang damai memanggil petirnya

Begitu Kami tiba di Jeddah, Saya sakit luar biasa. Saya pun khawatir meninggal sebelum sempat mencapai Makkah. Saya berwasiat kepada kawanku, ‘Jika Saya meninggal, kafanilah Saya dalam ihramku dan dekatkanlah Saya sesuai kemampuan ke kota Makkah. Barangkali Allah melipatgandakan pahala untukku dan menerimaku sebagai orang-orang shalih.’
Kami pun tinggal di Jeddah beberapa hari, kemudian melanjutkan perjalanan kami ke Makkah. Nafasku berhembus cepat dan kegembiraan memenuhi wajah. Rasa rindu terus menggoyang dan mendorongku hingga kami tiba di Masjidil Haram.”

Syaikh Utsman terdiam sesaat. Beliau menyeka linangan-linangan air matanya yang berderai kemudian bersumpah dengan nama Allah bahwa dia belum pernah melihat kelezatan dalam hidupnya sebagaimana kelezatan yang memenuhi seluruh lapisan hatinya tatkala beliau melihat Ka’bah yang mulia.

Beliau berkisah,
“Tatkala melihat Ka’bah, Saya bersujud syukur kepada Allah. Saya terus menangis, seperti anak-anak kecil yang menangis, karena dahsyatnya keagungan dan kharisma (Ka’bah). Betapa mulianya Baitullah itu dan sungguh penuh keagungan.
Kemudian, Saya mengingat kawan-kawanku yang belum dimudahkan untuk sampai ke Masjidil Haram. Saya pun memuji Allah Ta’âlâ atas nikmat dan keutamaan-Nya kepadaku. Selanjutnya, Saya memohon kepada Allah Subhânahu untuk mencatat (kebaikan) langkah-langkah mereka dan tidak mengharamkan pahala untuk mereka serta mengumpulkan Kita semua pada kedudukan jujur di sisi Allah Yang Berkuasa Lagi Maha Mampu.”

[Disadur dengan sedikit meringkas dari Ar-Rafîq Fî Rihlatil Hajj hal. 107-109]

Kiriman Ust. Abu Ubaidah di Multaqod Duat

🌴.💥🍒✒..✏..✒🍒?..?🌴

Di bawah langit makkah

BAWAH LANGIT MAKKAH…

SEPTEMBER 27, 2015 ADMIN

Ustadz Aan Chandra Thalib, حفظه الله تعالى

“Aku melihat seorang laki-laki, pada saat itu aku tengah berada dikerumunan jamaah haji sedang menunggu rombongan haji disekitar masjidil haram Makkah.

Aku melihat laki-laki itu membeli jus kemasan dan air mineral lalu membagikannya kepada jamaah haji. Setelah habis terbagi, orang itu kembali membelinya dalam jumlah besar lalu membagikannya kepada jamaah. Lelaki itu ditemani dua anak kecil, ia membagikan jus dan air mineral itu ditengah gepulan asap kendaraan dan dibawah terik matahari panas yang menyelimuti kota Makkah hari ini.

Aku takjub melihat lelaki itu. Akupun mencoba membantunya, aku ingin memberi sedikit andil karena melihat perjuangannya. Lelaki tersebut menutup wajahnya dengan simagh (tutup kepala mayoritas orang Saudi). Demi Allah tak seorangpun mengenalinya.

Setelah berlalu beberapa saat, aku mendatanginya lagi, ternyata dia adalah guru kami Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqity.

Subhanallah. ..
Demi Allah yang Maha Agung, Seolah-olah aku sedang bermimpi..

Aku berdiri bersamanya kurang lebih sejam, ia tetap menutup wajahnya dengan simagh, dia mengatakan padaku, “Tak ada yang kekal bagi kita di dunia ini kecuali amal sholeh”

Dia tak beranjak pulang hingga seluruh jus kemasan dan air mineral di kios tempat ia membeli itu habis.

Setelah itu dia berwasiat kepadaku untuk selalu menuntut ilmu dan mengingat Allah.”

Selesai

Kisah diatas ditulis oleh salah seorang muridnya.

Catatan:
Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqity adalah salah seorang anggota perhimpunan ulama besar Kerajaan Saudi Arabia yang juga menjabat sebagai Mufti Madinah Al-Munawarah dan pengajar tetap di Masjid Nabawi As-Syarif.

Begitulah semestinya seorang Alim, ucapan dan perbuatannya selalu seiya sekata. Kisah diatas mengingatkan kita pada kehidupan salafussholeh, dimana mereka berhasil menyelaraskan antara ilmu dan amal, antara ucapan dan perbuatan.
Semoga dapat menjadi cerminan bagi kita.
____________
Penerjemah: ACT El-Gharantaly
Madinah 13 Dzulhijjah 1436 H

Senin, 07 September 2015

Minggu, 05 Juli 2015

Sepenggal Kisah Dibawah Langit Turki

KISAH DI WAKTU SAHUR

Sepenggal Kisah Dibawah Langit Turki

Di dalam buku hariannya Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan keresahan yang sangat dalam, ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.

Sultan berkata kepada kepada kepala pengawal: “Mari kita keluar sejenak.

Diantara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan tabiat dimalam hari dengan cara menyamar.

Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki terdampar di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.

Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: “Apa yang kau inginkan?.

Sultan menjawab: “Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Dimana keluarganya?”

Mereka berkata: “Orang ini Zindiq, suka minum minuman keras dan berzina”.

Sultan menjawap: “Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya”.

Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.

Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.

Dalam tangisnya sang istri berucap: Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh”

Mendengar ucapan itu Sultan Murad terkejut.. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya”.

Sang istri menjawab:
“Sudah kuduga pasti akan begini…
Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke kedai minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: “Aku telah meringankan dosa kaum muslimin”.

Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka wang dan berkata: “Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi”.

Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: “Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam”.

Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir.

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: “Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu”.

Ia hanya tertawa, dan berkata: “Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya”.

Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: “Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya”.

Demikianlah, akhirnya urusan penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.

(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)

Semoga bermanfaat

Selasa, 23 Juni 2015

MySQL Lower Case

Untuk bisa diingat dihari berikutnya.
Go to
/etc/mysql/my.cnf
or any other my.cnf file which is used to configure your mysql.
Under
[mysqld]
, add the line
lower_case_table_names=1
Run
sudo service mysql restart

Senin, 22 Juni 2015

Selamat Datang ke Dunia Putriku

Segala puji bagi Tuhanku yang telah menganugrahkan seorang anak perempuan kepadaku.
Telah lahir putri pertama kami, pada 21 Sya'ban 1436H bertepatan dengan 08 Juni 2015 jam 14.40 Seorang anak perempuan yang kemudian saya beri nama "Shafiyyah Rahma".

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan: 74)

Jumat, 12 Juni 2015

Kisah umar bin abdul aziz

📝Kisah Umar bin Abdul Aziz dan 👚Pakaian Baru Untuk Anaknya

Anak perempuan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz yang masih kecil masuk kedalam 🏡 rumah sambil menangis, saat itu hari 'Ied kaum Muslimin, maka 'Umar bertanya kepadanya : "Apa yang membuatmu menangis wahai anakku...???

Berkata anak perempuan 'Umar tersebut : "Semua anak-anak memakai pakaian baru, sedangkan aku anak amirul Mukminin (Pemimpin Negara atau Presiden) memakai pakaian lama !!!

maka 'Umar ingin membuat anaknya diam dari tangisannya, lalu ia pergi menuju ke tempat bendahara Baitul Maal, dan berkata kepadanya : "Bolehkah aku mengambil gajiku untuk bulan depan, sekarang...???

Berkata bendahara tersebut : ”Untuk apa ???”

Kemudian 'Umar menceritakan kepadanya tentang masalahnya,
Maka berkatalah bendahara tersebut : "Tidak mengapa wahai Amirul Mukminin, akan tetapi dengan syarat..”

berkata Umar : ”Apa syaratnya ?”

berkata bendahara : ”Bisakah engkau menjamin kepadaku, bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan untuk bekerja terhadap gajimu yang telah engkau ambil ???”

maka 'Umar meninggalkan bendahara tsb, dan kembali kerumahnya, lalu bertanyalah anak-anaknya kepadanya : ”Apa yang telah ayah dapatkan ?”

berkata Umar : ”Kalian memilih bersabar dan kita memasuki surga bersama-sama ... atau kalian tidak bersabar dan ayah kalian akan masuk neraka......???”

Maka mereka berkata : ”Kami memilih bersabar wahai ayahku"...سبحان الله

~~~~~

Bagaimana dengan kehidupan keluarga kita ?

Jumat, 05 Juni 2015

Mendidik anak usia dini (bayi)

1. Bayi (0-2 tahun)
-Bacakan Al Qur'an dari surat Al fatihah
-Tiap hari 4 kali waktu (pagi, siang, sore, malam)
-Tiap 1 waktu satu surat diulang 3x
-Setelah hari ke-5 ganti surat An Naas dengan metode yang sama
-Tiap 1 waktu surat yg lain-lain diulang 1x2
2. Diatas 2 tahun
-Metode sama denga teknik pengajaran bayi. Jika kemampuan mengucapkan kurang, maka tambah waktu menghafalnya, mis dari 5 hari menjadi 7 hari
-Sering dengarkan murattal
3. Diatas 4 tahun
-Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius
-Ajari muraja'ah sendiri
-Ajari menghafal sendiri
-Selalu dimotivasi supaya semagat selalu terjaga
-Waktumenghafal 3-4x perhari
Allaahummaj'alna fii ahli Qur'an , Allaahumma baarik fi auladina wa dzurriiyatina bil Qur'an, Allaahummarzuqna istiqomah fi tilawatil wa hifzil Qur'an...wa adhilna fi jannati fi Qur'an...Aamiin Allaahumma Aamiin

Kamis, 28 Mei 2015

Ibu

nangis bacanya...

sesi tanya jawab kajian uzt syafiq

Berikut resume kisah yg saya sarikan dari sessi salah dua sessi tanya jawab kajian “Bangkai Hidup”.
Sabtu, 23 Mei 2015 M @ Masjid Ar Rahmat, Slipi, Pemateri: Ust. DR Syafiq bin Riza bin Basalamah, Lc MA, hafizhahullah.

Tema Kajian Bangkai Hidup,
Sebelum memulai kajian Ustadz mereview jamaah dengan pertanyaan-pertanyaan kajian sebelumnya seperti Rumah ku masih ngontrak, ½ isi ½ kosong, dll.terlihat antusiame jamaah muda dan tua menjawab pertanyaan ustadz.

Sekitar pukul 10.20-an ustadz menutup sessi kajian dan langsung di lanjutkan sessi tanya jawab.
Pertanyaan diawali dg kertas pertanyaan mengenai diri ustadz “Ustadz!, agar tidak ada ghibah diantara jamaah ikhwan/akhwat , berapakah jumlah istri antum saat ini?
Ustadz muda ini pun menjawab, BENAR ! saat ini saya ada 4 anak dari 1 istri, mohon do’a agar tetap dengan satu istri ini. Sehingga bertasbih lah seluruh jamah terutama jamaah akhwat di lantai bawah. Sehingga ustadz muda ini pun menegaskan agar tidak meng-gibah lagi 🁊 diantara jamaah.

Selanjutnya ada satu pertanyaan dan sungguh jawabannya-lah yang sangat menyentuh hati ribuan jamaah yg hadir. Semua tunduk bersimpuh, khusu’, hening yang terdengar hanya suara lirih ustadz dan isak tangis para jamaah.
Dibacakan lah pertanyaan nya “Ustadz, bagaimana cara agar saya yang di Jakarta, tetap bisa bermuamalah baik kepada orangtua saya yang tinggal di Bogor?”
Ustadz pun menjawab ringan diselipi senyum dan canda khasnya..
“Ya akhi.. ana ini orang jember mau tanya ke hadirin, di Jakarta ada kereta gaks? Cepat kan ya akhi perjalanan kereta ? Ada kan kereta-nya yaa masya Allah.. Naik kereta kan bisa ya akhi.. nggak kayak dulu harus naik Unta.. lama sampainya.. ”
Jama'ah pun tertawa.Intinya saya mencatat kendala jarak dan waktu jangan sampai menjadi kita tidak birrul walidayn dan menjadi bangkai hidup.
Tak bebeberapa detik kemudian, mendadak wajah Ustadz berubah. beliau tertunduk.
Saya yang duduk dibarisan depan tepatnya arah jam 1 melihat dengan jelas beliau merapihkan kertas-kertas tanya jawab yg menumpuk menutupi kitab ustadz dan terlihat matanya berkaca-kaca, sambil tertunduk seakan (ingin menutupi kondisi beliau) namun akhirnya beliau pun angkat bicara dengan suara parau.
“Ana mau cerita kisah nyata yang ana dengar dari syaikh saat menuntut ilmu di Madinah. Semoga ana dan antum semua yg hadir bisa mendapat ibrah & faidah.dari kisah ini.”
Sepasang suami istri, telah menikah 21 tahun lamanya, namun suami ini jarang sekali mengunjungi ibu-nya sendiri kecuali hanya pada hari raya saja.
Di suatu malam istri bertanya, “Wahai Suamiku, tidak inginkah kau keluar malam ini dengan seorang wanita?” Suami terkejut. “bersama seorang wanita? Apa maksudmu? Aku tak mengerti?
Sang istri berkata, “iya, Seorang wanita, Ibu-mu… Ibu-mu, wahai suamiku..”.
Si suami terheran dan terdiam, merenungkan dan menyadari bahwa selama ini ia tak memiliki waktu khusus dengan ibunya.
Terlebih di usia 40 tahun ini ia sibuk dg istri , keluarga dan pekerjaannya.

Ia pun segera menelpon ibu-nya, hanya untuk mengajak makan malam bersama .
Saat si anak mengutarakan keinginannya, ibu-nya terheran-heran dan bingung.
“Ada apa anakku? Apa yang terjadi? Ada apa dengan istri & anak2mu? Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajakku pergi?”
“Tidak ibu, istri & anak-anaku baik, pekerjaan ku juga lancar dan tidak ada apa-apa, sungguh bu tidak ada apa-apa. Begini Ibu… Aku hanya ingin mengajak ibu makan malam. Bagaima bu ? bisa yaa”
Di ujung telepon, sang ibu sangat terharu. Karena setelah sekian lama, akhirnya ia memiliki waktu khusus bersama puteranya seperti tak kala dahulu menyusui, mendidik dan mengantar puteranya sekolah.
Sore itu juga putera nya menuju rumah sang ibu, sesampai di rumah ibunya, terlihat dengan jelas ibunya sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian rapih senyum yang tulus menyambut puteranya.
Sesampai di rumah sang ibu, terlihat beliau sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian yang begitu rapi, dan senyum yang teramat tulus untuk menyambut anak tercintanya. Sangat terlihat bahwa ibu-nya tak ingin terbuang waktunya barang sedetikpun.
Setelah salam keduanya menuju mobil dan masuklah ke dalam mobil, senyum kebahagiaan terus terlihat jelas dipipi sang ibu, sepanjang perjalananpun sang ibu memperhatikan puteranya dan tersenyum kepada puteranya hingga berkatalah Ibu “Nak, ibu sangat berbahagia sekali malam ini .. terimakasih ya nak…..”
Puteranya pun membalasnya, “sama bu begitu juga aku, bu..”, sambil mencium tangan sang ibu. Lalu mereka pun berangkat menuju restoran.
Setelah tiba di restoran keduanya duduk dan tak berapa lama makanan telah terhidang.
Si ibu menuangkan minuman ke gelas anaknya dan sesekali menyuapkan hidangan ke mulut anaknya demikian seterusnya episode kasih sayang ibu dan anak berlanjut. Si Ibu seakan tak ingin melewatkan waktu terbuang sedikitpun. Sungguh tampak sekali kerinduan dan kasih sayang yang (mungkin) tak dimiliki oleh istrinya sekalipun.

Dilanjutkan oleh ustadz bahwa singkat cerita, tak lama beberapa pekan dari makan malam tersebut, sang ibunda pun meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun.
Masya Allah … Qodarallah . Pertemuan makan malam itu adalah keberkahan terakhir bagi si anak dan ibunya.Si anak menyesali diri akan yang telah di perbuatnya selama ini.
ya itulah malam terakhir , sungguh episode hidup yang memang di atur oleh Allah jalla Jalaluhu.kenyataan yang harus di terima dengan keihklasan dan dengan mengharap kepada Allah atas Mahabbah(Cinta), Al-Khauf (Takut) dan Ar-Rajaa' (Harap) serta Ashma Wasshifat Allah, si anak berdoa agar Allah jalla jalaluhu menempatkan ibunda tercinta di sisi nya

Beberapa hari setelah kepergian sang ibu, si anak mendadak di hubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai manager dari salah satu restoran.
“Assalamu’alaykum, apakah benar anda bernama fulan bin fulan? , Naam benar, itu nama saya,.. jawab si anak”
“Bapak, Anda dan sekeluarga diundang oleh seseorang untuk makan malam nanti di restoran kami,” ujar manager restoran tersebut.
“Oh begitu..sambil keheranan Kalau boleh tahu, siapa yang mengundang ya, pak?” ujarnya dengan keheranan.
“Seseorang pak,” jawab si manager
Singkat cerita Ia pun datang bersama keluarga memenuhi undangan makan malam.
Lalu ia bertanya kepada pramusaji “Maaf mas, sebenarnya siapa yang mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?”.
Saya tidak tahu pak, Silakan duduk dulu pak saya nanti saya tanyakan ke bagian front office.

Tak lama pramusaji datang kembali Pramu saji tersebut menjelaskan bahwa tempat dan menu ini sudah dipesan beberapa pekan yang lalu namun pramu saji menegaskan kami untuk tenang karena semua sudah di bayar oleh si pemesan.
Pramu saji pun mohon maaf karena ternyata front office sudah berusaha menghubungi si pemesan namun tidak berhasil. Si anak, istri dan keluarganya pun semakin heran>
Ditengah keheranan nya keluarga tersebut mendengar nama pemesan adalah nama yang sangat tidak asing di telinga keluarga bahkan si anak , Nama pemesannya adalah Ibunda tercinta yang telah wafat namun sudah memesan menu, tata letak persis seperti pertemuan makan malam terakhir mereka.

Jadilah kita manusia yang hidup – bukan bangkai hidup.

-End-
Depok, 25 Mei 2015- 8 Sya’ban -
Sumber : Abu Hanifa Asep Yusuf & Purwanto Abu Nadhifa