Pencarian

Minggu, 16 November 2014

Ayah aku lelah

Ayah…. Aku Lelah
Kamis 25 Zulkaedah 1433 / 11
October 2012 11:27
“AYAH, ayah” kata Sang Anak.

“Ada apa?” tanya Sang Ayah.
“Aku lelah, sangat lelah. Aku
lelah karena aku belajar mati
matian untuk mendapat nilai
bagus sedangkan temanku bisa
dapat nilai bagus dengan
menyontek, aku mau menyontek
saja! Aku lelah, sangat lelah.
Aku lelah karena aku harus terus
membantu ibu membersihkan
rumah, sedang temanku punya
pembantu, aku ingin kita punya
pembantu saja! Aku lelah, sangat
lelah.
Aku lelah karena aku harus
menabung, sedang temanku bisa
terus jajan tanpa harus
menabung, aku ingin jajan terus!
Aku lelah karena aku harus
menjaga lisanku untuk tidak
menyakiti, sedang temanku enak
saja berbicara sampai aku sakit
hati.
Aku lelah karena aku harus
menjaga sikapku untuk
menghormati teman-temanku,
sedangkan teman-temanku
seenaknya saja bersikap kepada
ku.
Aku lelah Ayah, aku lelah
menahan diri. Aku ingin seperti
mereka. Mereka terlihat senang,
aku ingin bersikap seperti
mereka ayah !!” sang anak mulai
menangis.
Sang Ayah hanya tersenyum dan
mengelus kepala anaknya sambil
berkata ”Anakku ayo ikut Ayah,
Ayah akan menunjukkan sesuatu
kepadamu”, lalu sang ayah
menarik tangan sang anak.
Mereka menyusuri sebuah jalan
yang sangat jelek, banyak duri,
serangga, lumpur, dan ilalang.
Sang anak mulai mengeluh ”Ayah
mau kemana kita?? aku tidak
suka jalan ini, lihat sepatuku jadi
kotor, kakiku luka karena tertusuk
duri. Badanku dikelilingi oleh
serangga, berjalanpun susah
karena banyak ilalang, aku benci
jalan ini ayah” sang ayah hanya
diam.
Sampai akhirnya mereka sampai
pada sebuah telaga yang sangat
indah, airnya sangat segar, ada
banyak kupu-kupu, bunga-bunga
yang cantik, dan pepohonan yang
rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah?
aku suka! aku suka tempat ini!”
sang ayah hanya diam kemudian
duduk di bawah pohon yang
rindang beralaskan rerumputan
hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di
samping ayah” ujar sang ayah,
lalu sang anak pun ikut duduk di
samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa
di sini begitu sepi? Padahal
tempat ini begitu indah,” ayah
mulai brtanya.
” Tidak tahu ayah, memangnya
kenapa?,” tanya sang anak.
” Itu karena orang-orang tidak
mau menyusuri jalan yang jelek
tadi, padahal mereka tahu ada
telaga di sini, tetapi mereka tidak
bisa bersabar dalam menyusuri
jalan itu,” sang ayah
menjelaskan.
” Ooh… berarti kita orang yang
sabar ya?,”
”Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak
mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam
belajar, butuh kesabaran dalam
bersikap baik, butuh kesabaran
dalam kujujuran, butuh
kesabaran dalam setiap kebaikan
agar kita mendapat kemenangan,
seperti jalan yang tadi. Bukankah
kau harus sabar saat ada duri
melukai kakimu, kau harus sabar
saat lumpur mengotori sepatumu,
kau harus sabar melawati ilalang
dan kau pun harus sabar saat
dikelilingi serangga, dan akhirnya
semuanya terbayar kan? Ada
telaga yang sangat indah.
Seandainya kau tidak sabar, apa
yang kau dapat? Kau tidak akan
mendapat apa apa anakku, oleh
karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk
bersabar ” rengek sang anak.
” Ayah tau, oleh karena itu ada
ayah yang menggenggam
tanganmu agar kau tetap kuat.
Begitu pula hidup, ada ayah dan
ibu yang akan terus berada di
sampingmu agar saat kau jatuh,
kami bisa mengangkatmu. Tapi,
ingatlah anakku, ayah dan ibu
tidak selamanya bisa
mengangkatmu saat kau jatuh,
suatu saat nanti, kau harus bisa
berdiri sendiri. Maka jangan
pernah kau gantungkan hidupmu
pada orang lain, jadilah dirimu
sendiri, jadilah seorang muslim
yang kuat, yang tetap tabah dan
istiqomah karena tahu ada Allah
di sampingnya. Maka kau akan
dapati dirimu tetap berjalan
menyusuri kehidupan saat yang
lain memutuskan untuk berhenti
dan pulang. Kau tau akhirnya
kan?” jelas sang ayah lagi.
” Ya ayah, aku tau, aku akan
dapat surga yang indah yang
lebih indah dari telaga ini.
Sekarang aku mengerti. Terima
kasih ayah , aku akan tegar saat
yang lain terlempar. ”
Sang ayah tersenyum sambil
menatap wajah anak
kesayangannya. [ns/islampos/fb]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar