Pencarian

Sabtu, 29 November 2014

AKHIRI DENGAN ISTIGFAR

AKHIRI DENGAN ISTIGFAR

Setelah kota Makkah ditaklukkan dan pondasi keislaman kokoh serta manusia masuk kedalam agama Allah dengan berbondong-bondong, Allahpun menurunkan surah An Nashr yang berbunyi:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

Artinya:

1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.

2. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.

3. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat. [an-Nasr/110 : 1-3]

Setelah turunnya surah tersebut Rasulullah menyadari bahwa ajalnya sudah semakin dekat dan hidupnya takkan lama lagi, itu artinya tugas kerasulan akan segera berakhir. Maka iapun memperbanyak tasbih dan istighfar, sebagaimana yang diperintahkan Allah hingga beliau meninggal dunia.

Qadhi ‘Iyadh -rahimahullah- mengatakan bahwa permohonan ampunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut merupakan cermin ketawadhuan, ketaataan dan ketundukan, serta ungkapan syukur beliau kepada Rabbnya, lantaran mengetahui dosa-dosanya sudah diampuni.

Dari sinilah kemudian para ulama menganjurkan pada setiap muslim agar beristighfar momohon ampun kepada Allah setiap saat, karena ajal mengintainya setiap saat dari berbagai penjuru. Istigfar dan tasbih juga dianjurkan untuk dibaca setelah sholat, setelah bermajelis dan lain-lain untuk menutupi segala celah dan kekurangan yang ada pada amalan tersebut.

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim Al Harrany -rahimahullah mengatakan-:

"Seorang hamba, bagaimanapun ia bersungguh-sungguh (dalam menunaikan hak Allah) ia tetap tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebagaimana yg telah Ditetapkan-Nya baginya.
Maka tiada pilihan baginya selain beristighfar memohon pengampunan serta bertaubat di penghujung setiap amal ketaatan."

(Majmu Fatawa 10/580)

Wallahu a'lam

_____________
ACT El Gharantaly

Jumat, 28 November 2014

PEMUDA YANG NEKAD

PEMUDA YANG NEKAD MELAMAR PUTRINYA SYAIKH 'UTSAIMIN

Syaikh Dr. Khalid Al Mushlih, Beliau bercerita dalam muhadharah beliau, ketika beliau masih berstatus mahasiswa di Al Qashim, beliau mendatangi majlis Syaikh Al 'Utsaimin,

Setelahnya dari majlis tersebut, beliau menghampiri Syaikh 'Utsaimin yang hendak pulang ke rumah, Syaikh selalu berjalan kaki dari rumah ke tempat kajian begitu pula sebaliknya... ditengah jalan pemuda itu nekat memberanikan diri untuk bertanya, "syaikh apakah antum mempunyai anak perempuan?",

Mendengar pertanyaan pemuda tersebut, Syaikh 'Utsaimin berubah mimik mukanya dan bertanya, "ada apa akh?",

Pemuda itu menjawab, "kalau ada, bolehkah ana meminangnya?"

Lalu apa yang dilakukan Syaikh Utsaimin? apakah beliau bertanya usaha bapak kamu apa? kamu sudah hafal hadits berapa? sebelumnya kamu lulusan apa? gaji kamu berapa? tabungan kamu berapa?

Tidak.. bahkan Syaikh 'Utsaimin tidak memberikan sebuah pertanyaanpun kepada pemuda ini, beliau hanya berkata, "Tunggulah kabar dariku, Insya Allah akan aku telephon..."

Lalu dalam hari-hari penantian kabar tersebut, pemuda ini mengalami kegelisahan juga, satu hari berlalu, dua hari berlalu, hingga sepekan berlalu, beliau bertanya dalam hati, 'apakah syaikh lupa ya, perlukah saya mengingatkannya?',

Namun pemuda ini teringat perkataan syaikh yang menyuruhnya menunggu...
Hingga akhirnya sebulan setelah peristiwa itu ada telephone yang dialamatkan ke asrama, namun kebetulan pemuda ini sedang kuliah.

Akhirnya dari pihak asrama menyampaikan ke pemuda ini bahwa beliau dicari oleh Syaikh 'Utsaimin...

Dalam hati dia bertanya, "kenapa ya syaikh 'utsaimin mencariku?" karena ternyata pemuda ini sudah agak pesimis dan bahkan agak terlupakan...

Ketika ia menelp Syaikh 'Utsaimin, pemuda tersebut bertanya, "ada apa syaikh?"

Syaikh : "ana ingin melanjutkan pembicaraan kita waktu itu akhi?",

Pemuda : "pembicaraan yang mana syaikh?",

Syaikh : "pembicaraan ketika anta menyusul ana di jalan..."

Pemuda : "akhi silahkan kamu lanjutkan prosesnya?!!!",

Pemuda itupun terkejut, ternyata Syaikh 'Utsaimin masih mengingatnya dan beliaupun akhirnya membalas pernyataan Syaikh 'Utsaimin dengan terbata-bata,

"Syaikh, perkenankan ana mengabari orang tua ana terlebih dahulu untuk kelanjutannya...",

"silakan akhi, ana tunggu kedatangan kalian...", Jawab Syaikh...

Karena ternyata pemuda yang bermodal nekat ini juga belum memberitahukan orangtuanya kalau beliau hendak melamar anak Syaikh 'Utsaimin...

Pertanyaannya adalah apa yang dilakukan Syaikh 'Utsaimin selama satu bulan tersebut? Inilah adab 'ulama yang harus dicontoh oleh wali seorang anak perempuan...

Syaikh 'Utsaimin ternyata menyelidiki sendiri tentang pemuda ini, dari pergaulannya, bagaimana dimata teman-temannya, dimata gurunya, bagaimana keseriusan dalam belajarnya, prestasinya di kampus, latar belakang keluarganya... itu beliau lakukan sendiri...?!

Bukannya langsung ditanyakan kepada pemuda itu di tempat itu dan saat itu juga... dan akhirnya setelah mengetahuinya dengan jelas, barulah beliau memutuskannya setelah bermusyawarah dengan keluarga...

Pemuda tersebut adalah Syaikh Dr. Khalid Al Mushlih, Dosen Fiqh di Universitas Al Qashim, Saudi Arabia

[source : Abu Fahd NegaraTauhid]

Minggu, 23 November 2014

Jangan Pernah Berhenti Berdoa Sampai Allah Menjawabnya

 Jangan Pernah Berhenti Berdo'a Sampai Allah Menjawabnya 
Suatu kisah nyata, terjadi di Pakistan. Seorang Dr Ahli Bedah terkenal (Dr. Ishan) tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan menghadiri Seminar Dunia dalam bidang kedokteran, yang akan
membahas penemuan terbesarnya di bidang
kedokteran.
Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba
diumumkan bahwa pesawat mengalami gangguan dan
harus mendarat di airport terdekat.
Beliau mendatangi ruangan penerangan dan berkata:
Saya ini dokter special, tiap menit nyawa manusia
bergantung ke saya, dan sekarang kalian meminta saya
menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam?
Pegawai menjawab: Wahai dokter, jika anda terburu-
buru anda bisa menyewa mobil, tujuan anda tidak jauh
lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam tiba.
Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan
menyewa mobil. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca
mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir
yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.
Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar mereka
tersesat dan terasa kelelahan. Terlihat sebuah rumah
kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah
tersebut dan mengetuk pintunya. Terdengar suara
seorang wanita tua: Silahkan masuk, siapa ya?
Terbukalah pintunya.
Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk
istirahat duduk dan mau meminjam telponnya. Ibu itu
tersenyum dan berkata: Telpon apa Nak? Apa anda
tidak sadar ada dimana? Disini tidak ada listrik, apalagi
telepon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk
saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan teh dan
sedikit makanan utk menyegarkan dan mengembalikan
kekuatan anda.
Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu,
lalu memakan hidangan. Sementara ibu itu sholat dan
berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak
kecil yang terbaring tak bergerak diatas kasur disisi ibu
tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap sholat.
Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do'a yang
panjang.
Dokter mendatanginya dan berkata: Demi Allah, anda
telah membuat saya kagum dengan keramahan anda
dan kemuliaan akhlak anda, semoga Allah menjawab
do'a-do'a anda.
Berkata ibu itu: Nak, anda ini adalah ibnu sabil yang
sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan
do'a-do'a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali
satu.
Bertanya Dr. Ishan: Apa itu do'anya?
Ibu itu berkata: Anak ini adalah cucu saya, dia yatim
piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan
oleh dokter-dokter yang ada disini. Mereka berkata
kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan
mampu menyembuhkannya; katanya namanya Dr.
Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak
memungkinkan saya membawa anak ini ke sana, dan
saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya
berdo'a kepada Allah agar memudahkannya.
Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak:
Allahu Akbar, Laa haula walaa quwwata illa billah. Demi
Allah, sungguh do'a ibu telah membuat pesawat rusak
dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir
dan menyesatkan kami, Hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah Subhanahu wa ta'ala telah menciptakan sebab seperti
ini kepada hambaNya yang mu'min dengan do'a.
Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati
anak ini.
Sumber:
Copas dari group wa lain.

Minggu, 16 November 2014

Ayah aku lelah

Ayah…. Aku Lelah
Kamis 25 Zulkaedah 1433 / 11
October 2012 11:27
“AYAH, ayah” kata Sang Anak.

“Ada apa?” tanya Sang Ayah.
“Aku lelah, sangat lelah. Aku
lelah karena aku belajar mati
matian untuk mendapat nilai
bagus sedangkan temanku bisa
dapat nilai bagus dengan
menyontek, aku mau menyontek
saja! Aku lelah, sangat lelah.
Aku lelah karena aku harus terus
membantu ibu membersihkan
rumah, sedang temanku punya
pembantu, aku ingin kita punya
pembantu saja! Aku lelah, sangat
lelah.
Aku lelah karena aku harus
menabung, sedang temanku bisa
terus jajan tanpa harus
menabung, aku ingin jajan terus!
Aku lelah karena aku harus
menjaga lisanku untuk tidak
menyakiti, sedang temanku enak
saja berbicara sampai aku sakit
hati.
Aku lelah karena aku harus
menjaga sikapku untuk
menghormati teman-temanku,
sedangkan teman-temanku
seenaknya saja bersikap kepada
ku.
Aku lelah Ayah, aku lelah
menahan diri. Aku ingin seperti
mereka. Mereka terlihat senang,
aku ingin bersikap seperti
mereka ayah !!” sang anak mulai
menangis.
Sang Ayah hanya tersenyum dan
mengelus kepala anaknya sambil
berkata ”Anakku ayo ikut Ayah,
Ayah akan menunjukkan sesuatu
kepadamu”, lalu sang ayah
menarik tangan sang anak.
Mereka menyusuri sebuah jalan
yang sangat jelek, banyak duri,
serangga, lumpur, dan ilalang.
Sang anak mulai mengeluh ”Ayah
mau kemana kita?? aku tidak
suka jalan ini, lihat sepatuku jadi
kotor, kakiku luka karena tertusuk
duri. Badanku dikelilingi oleh
serangga, berjalanpun susah
karena banyak ilalang, aku benci
jalan ini ayah” sang ayah hanya
diam.
Sampai akhirnya mereka sampai
pada sebuah telaga yang sangat
indah, airnya sangat segar, ada
banyak kupu-kupu, bunga-bunga
yang cantik, dan pepohonan yang
rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah?
aku suka! aku suka tempat ini!”
sang ayah hanya diam kemudian
duduk di bawah pohon yang
rindang beralaskan rerumputan
hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di
samping ayah” ujar sang ayah,
lalu sang anak pun ikut duduk di
samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa
di sini begitu sepi? Padahal
tempat ini begitu indah,” ayah
mulai brtanya.
” Tidak tahu ayah, memangnya
kenapa?,” tanya sang anak.
” Itu karena orang-orang tidak
mau menyusuri jalan yang jelek
tadi, padahal mereka tahu ada
telaga di sini, tetapi mereka tidak
bisa bersabar dalam menyusuri
jalan itu,” sang ayah
menjelaskan.
” Ooh… berarti kita orang yang
sabar ya?,”
”Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak
mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam
belajar, butuh kesabaran dalam
bersikap baik, butuh kesabaran
dalam kujujuran, butuh
kesabaran dalam setiap kebaikan
agar kita mendapat kemenangan,
seperti jalan yang tadi. Bukankah
kau harus sabar saat ada duri
melukai kakimu, kau harus sabar
saat lumpur mengotori sepatumu,
kau harus sabar melawati ilalang
dan kau pun harus sabar saat
dikelilingi serangga, dan akhirnya
semuanya terbayar kan? Ada
telaga yang sangat indah.
Seandainya kau tidak sabar, apa
yang kau dapat? Kau tidak akan
mendapat apa apa anakku, oleh
karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk
bersabar ” rengek sang anak.
” Ayah tau, oleh karena itu ada
ayah yang menggenggam
tanganmu agar kau tetap kuat.
Begitu pula hidup, ada ayah dan
ibu yang akan terus berada di
sampingmu agar saat kau jatuh,
kami bisa mengangkatmu. Tapi,
ingatlah anakku, ayah dan ibu
tidak selamanya bisa
mengangkatmu saat kau jatuh,
suatu saat nanti, kau harus bisa
berdiri sendiri. Maka jangan
pernah kau gantungkan hidupmu
pada orang lain, jadilah dirimu
sendiri, jadilah seorang muslim
yang kuat, yang tetap tabah dan
istiqomah karena tahu ada Allah
di sampingnya. Maka kau akan
dapati dirimu tetap berjalan
menyusuri kehidupan saat yang
lain memutuskan untuk berhenti
dan pulang. Kau tau akhirnya
kan?” jelas sang ayah lagi.
” Ya ayah, aku tau, aku akan
dapat surga yang indah yang
lebih indah dari telaga ini.
Sekarang aku mengerti. Terima
kasih ayah , aku akan tegar saat
yang lain terlempar. ”
Sang ayah tersenyum sambil
menatap wajah anak
kesayangannya. [ns/islampos/fb]

KISAH SECANGKIR KOPI

Ojo nangis....
Ni sdh ada yg nerjemahin
(Ust. Abdullah zaen)

📌RENUNGAN SIANG

☕KISAH SECANGKIR KOPI

Suatu hari di sebuah universitas terkenal. Sekelompok alumnus bertamu di rumah dosen senior, setelah bertahun-tahun mereka lulus. Setelah mereka semua menggapai kesuksesan, kedudukan yang tinggi serta kemapanan ekonomi dan sosial.

Setelah saling menyapa dan berbasa basi, masing-masing mereka mulai mengeluhkan pekerjaannya. Jadwal yang begitu padat, tugas yang menumpuk dan banyak beban lainnya yang seringkali membuat mereka stress.

Sejenak sang dosen masuk ke dalam. Beberapa saat kemudian, beliau keluar sambil membawa nampan di atasnya teko besar berisikan kopi dan berbagai jenis cangkir.

Ada cangkir-cangkir keramik tiongkok yang mewah. Cangkir-cangkir kristal. Cangkir-cangkir melamin. Dan cangkir-cangkir plastik. Sebagian cangkir tersebut luar biasa indahnya. Ukirannya, warnanya dan harganya yang waahh. Namun ada juga cangkir plastik yang biasanya berada di rumah orang-orang yang amat miskin.

Sang dosen berkata, “Silahkan.. masing-masing menuangkan kopinya sendiri”.
Setelah setiap mahasiswa memegang cangkirnya, sang dosen berkata,
“Tidakkah kalian perhatikan bahwa hanya cangkir-cangkir mewah saja yang kalian pilih? Kalian enggan mengambil cangkir-cangkir yang biasa?

Manusiawi sebenarnya, saat masing-masing dari kalian berusaha mendapatkan yang paling istimewa. Namun seringkali itulah yang membuat kalian menjadi gelisah dan stress.
Sejatinya yang kalian butuhkan adalah kopi, bukan cangkirnya.

Akan tetapi kalian tergiur dengan cangkir-cangkir yang mewah. Terus perhatikanlah, setelah masing-masing kalian memegang cangkir tersebut, kalian akan terus berusaha mencermati cangkir yang dipegang orang lain!.

Andaikan kehidupan adalah kopi, maka pekerjaan, harta dan kedudukan sosial adalah cangkir-cangkirnya.

Jadi, hal-hal itu hanyalah perkakas yang membungkus kehidupan. Adapun kehidupan (kopi) itu sendiri, ya tetap itu-itu saja, tidak berubah.

Saat konsentrasi kita tersedot kepada cangkir, maka saat itu pula kita akan kehilangan kesempatan untuk menikmati kopi.

Karena itu kunasehatkan pada kalian, jangan terlalu memperhatikan cangkir, akan tetapi nikmatilah kopinya…”.

Sejatinya, inilah penyakit yang diderita manusia. Banyak orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang ia miliki, setinggi apapun kesuksesannya. Sebab ia selalu membandingkannya dengan apa yang dimiliki orang lain.

Setelah menikah dengan seorang wanita cantik yang berakhlak mulia, ia selalu berfikir bahwa orang lain menikah dengan wanita yang lebih istimewa dari istrinya.

Sudah tinggal di rumah sendiri, namun selalu membayangkan bahwa orang lain rumahnya lebih mewah dari rumah sendiri.

Ia bukannya menikmati kehidupannya beserta istri dan anak-anaknya. Tapi justru selalu memikirkan apa yang dimiliki orang lain, seraya berkata, “Aku belum punya apa yang mereka punya”.

📚Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
"مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ؛ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا"
"Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu; seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya". (HR. Tirmidzi dan dinilai hasan oleh al-Albani).

✒Seorang bijak berpetuah,
“Alangkah anehnya kebanyakan manusia! Mereka korbankan kesehatan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Setelah terkumpul, gantian mereka gunakan harta tersebut untuk mengembalikan kesehatannya yang telah hilang!

Mereka selalu gelisah memikirkan masa depan, namun melupakan hari ini. Akibatnya, mereka tidak menikmati hari ini dan tidak pula hidup di masa datang.

Mereka senantiasa melihat apa yang dimiliki orang lain, namun tidak pernah melihat apa yang dimilikinya sendiri. Akibatnya, ia tidak bisa meraih apa yang dimiliki orang lain dan tidak pula bisa menikmati milik sendiri.

Mereka diciptakan untuk satu tujuan, yakni beribadah. Dunia diciptakan untuk mereka gunakan sebagai sarana beribadah. Namun justru sarana tersebut malah melalaikan mereka dari tujuan utama”.

🌹Maka, mari kita nikmati kopi kehidupan tersebut, apapun cangkirnya…😊

DAKWAH TANPA MEMBEDAKAN GOLONGAN

Afwan kalo repost , Kagum dengan akhlaq ulama....
Mendulang Pelajaran Akhlak dari Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr -hafizhahullah- (seri 4)


Oleh: Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda, MA

DAKWAH TANPA MEMBEDAKAN GOLONGAN

Kok, Syaikh Bisa Mengisi Ceramah di Radiorodja?

Sebenarnya, sudah lama kru Radiorodja berkeingingan mengundang Syaikh Abdurrozaq untuk mengisi di Radiorodja. Pihak Radiorodja meminta saya menyampaikan hal tersebut kepada beliau. Namun, tiap kali saya berniat menyampaikannya, selalu saya urungkan saat melihat kesibukan Syaikh yang begitu banyak. Lagi pula tergambar di benak saya berbagai kesulitan teknis dalam melangsungkan penyiaran tersebut.

Menggunakan skype adalah salah satu teknis yang memungkinkan. Tetapi seperti kita ketahui, skype sering ngadat. Jika hal itu terjadi pada saat Syaikh memberikan ceramah, tentu akan merepotkan beliau. Namun, berhubung keinginan untuk menyiarkan ceramah Syaikh Abdurrozaq di Radiorodja begitu besar, saya pun nekat menyampaikannya kepada beliau.

“Syaikh, saya menyampaikan permintaan teman-teman di Radiorodja agar Syaikh mengisi kajian rutin, seminggu sekali.”

Dan, jawaban beliau sungguh-sungguh di luar dugaan saya. Syaikh berkata: “Saya siap mengisi kajian setiap hari.”

Saya takjub sekaligus bingung mendengar jawaban tersebut, karena justru sayalah yang tidak siap. Saya pun menawarkan kepada beliau untuk mengisi kajian sepekan dua kali, dengan mempertimbangkan kesiapan dari berbagai teknisnya. Alhamdulillah, Syaikh setuju dengan usulan tersebut.

Akhirnya, dimulailah kajian tersebut dengan menggunakan perangkat komputer desktop dilengkapi program skype. Dua buah kursi menghadap komputer dan sebuah mic eksternal. Syaikh mempersilakan saya duduk di kursi yang bagus dan empuk, sedangkan beliau memilih kursi yang jelek dan datar tanpa spon. Tentu saja saya menolak penawaran beliau, akan tetapi beliau bersikeras agar saya duduk di kursi yang bagus. Akhirnya saya pun menurut. [1]

Proses siaran berlangsung dengan peralatan yang sederhana. Selama kajian, kami ditemani ceret kecil berisi minuman; terkadang teh, jahe, atau minuman beraroma kayu manis. Di awal kajian, di mana saya sedang menyiapkan komputer dan membuka program skype, tanpa terlihat sungkan, Syaikh menuangkan minuman ke dalam cangkir dan menghidangkannya untuk kami. Demikian juga jika di tengah-tengah kajian, Syaikh melihat cangkir saya sudah kosong beliau tidak segan mengisinya lagi.

Ketika saya menerjemahkan materi ceramah, Syaikh benar-benar memerhatikan, siapa tahu ada yang terlewatkan. Jika saya salah dalam mengulangi ayat atau hadits yang beliau sampaikan, maka beliau langsung menegur dan mengoreksinya. Pernah sekali beliau membaca sebuah ayat dalam surat Al-An’am yang sangat panjang. Sebenarnya saya pernah menghafal ayat itu, tetapi saat itu saya lupa. Padahal Syaikh baru saja selesai menejelaskan kandungan makna ayat tersebut dan saya harus menerjemahkannya. Saya gugup dan keringat bercucuran di kening saya. Bagaimana saya menjelaskan isi ayat tersebut sementara saya tidak menghafalnya?

Alhamdulillah, Syaikh mengetahui masalah yang sedang saya hadapi. Ketika saya mulai menerjemahkan pembukaan ayat tersebut, maka tanpa saya minta, Syaikh menulis teks ayat di atas sebuah kertas, lalu menyodorkannya kepada saya. Legalah hati saya karena teks tersebut memudahkan proses penerjemahan.

Oleh karenanya melalui goresan tangan ini saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada para pendengar setia Radiorodja atas kesilapan saya selama ini dalam menerjemahkan nasehat-nasehat syaikh. Sebenarnya masih ada teman-teman yang lain di kota Madinah yang berhak dan pantas untuk menerjemahkan, dan saya sudah berusaha mengundurkan diri dari penerjemahan, hanya saja syaikh yang meminta saya untuk meneruskan penerjemahan.[2]

Seperti saya singgung sebelumnya, program skype sering ngadat. Saat itu terjadi, hati saya sesak. Bagaimana tidak? Saat Syaikh sedang menyampaikan kajian, tiba-tiba sambungan terputus. Tidak jarang, skype ngadat sampai berkali-kali sehingga syaikh harus mengulang-ngulang kembali kajiannya. Begitupun saya, harus mengulang-ulang terjemahannya. Dalam keadaan semacam ini, saya lagi-lagi dibuat kagum pada kesabaran Syaikh. Beliau tetap tenang dan tidak menampakkan kekesalan sama sekali. Tetap dengan semangat, beliau mengulang-ulang materi ceramah beliau. Sikap beliau inilah yang membuat saya lebih tenang. Syaikh saja tenang, kok malah saya yang susah dan gelisah?

Pribadi yang Disiplin

Karena kajian dimulai langsung setelah shalat Asar, saya harus shalat Asar di masjid Syaikh Abdul Muhsin Al-’Abbad. Setelah shalat Asar, kami langsung menuju rumah beliau yang jaraknya sekitar 100 meter dari masjid, untuk segera mengisi kajian. Sering ada jamaah yang memiliki keperluan dengan beliau dan ingin bertemu selepas shalat Asar, tetapi beliau hanya menjawab salam dan meminta udzur sembari berkata, “Maaf para ikhwah sekalian, sekarang saya harus mengajar,” lalu beliau beranjak.

Demikianlah Syaikh Abdurrozzaq apabila telah melazimi sebuah pengajian maka beliau akan disiplin. Jika beliau telah menetapkan pengajian mulai selepas shalat Asar maka tetap harus jalan, bahkan terkadang ada orang penting yang ingin bertemu dengan beliau, bahkan kerabat beliau, maka beliau tunda pertemuan dengan mereka setelah mengisi pengajian di Radiorodja.

Di kalangan mahasiswa, Syaikh Abdurrozzaq dikenal sebagai orang yang sangat disiplin dan tepat waktu. Para mahasiswa yang dibimbing oleh beliau dalam menulis tesis, tentulah tidak merasa asing akan kedisiplinan beliau. Saya pun termasuk yang berada dalam bimbingan beliau. Untuk itu, banyak para senior dan kakak angkatan saya yang mengingatkan akan hal tersebut. Bahkan, ada yang mengingatkan, “Hati-hati Firanda, jangan sampai terlambat waktu isyraf (waktu bimbingan, seminggu sekali), meskipun hanya satu menit. Karena kebiasaan Syaikh, kalau ada muridnya yang terlambat meskipun hanya lima menit maka akan ditegur dengan keras.”

Tentu saja, saat pertama kali mendapat peringatan semacam ini dari kakak angkatan, saya kaget. Namun, di sisi lain, saya pun bersyukur, berpikir positif bahwa dengan begitu maka saya akan semakin termotivasi untuk menyerahkan tesis pada waktunya. Lagipula, kalau dipikirkan lagi, sikap tegas dan disiplin Syaikh ini bukan untuk kemaslahatan beliau akan tetapi demi kemaslahatan para mahasiswa itu sendiri.

Begitulah, selama beliau mengajar satu semester, yakni semester pertama kuliah Hadits, aku menyaksikan sendiri bagaimana beliau selalu tepat waktu, baik saat masuk kelas maupun saat keluar kelas. Pernah terjadi, syaikh lain yang mengajar sebelum beliau, memperpanjang waktu kuliah hingga beberapa menit masuk ke dalam jam kuliah beliau. Maka, beliau mengetuk pintu kelas sambil memberi salam kepada syaikh tersebut, lantas beliau menasihati sang Syaikh dengan perkataan, “Maaf, Syaikh, waktu istirahat buat mahasiswa jangan diambil.”

Dalam pergantian mata kuliah, memang ada jeda sekitar 5 – 10 menit yang biasa digunakan oleh mahasiswa untuk istirahat. Maka Syaikh tersebut pun berkata, “Na’am, na’am…!” dengan wajah tersipu-sipu dan penuh rasa malu.

Lihatlah, dalam masalah seperti ini beliau tidak basa-basi, dan tetap menegur syaikh lain yang tidak disiplin dalam jam mengajar. Rupanya, teguran beliau tidak terlupakan oleh sang Syaikh, sehingga pada kesempatan mengajar berikutnya, sang Syaikh sudah bersiap-siap agar tidak kebablasan lagi, sampai-sampai berkata, “Wahai para mahasiswa, jika sudah hampir habis waktu tolong ingatkan saya, agar kita tidak ditegur lagi oleh Syaikh Abdurrozzaq.”

Demikianlah Syaikh Abdurrozzaq, disiplin dalam mengajar sebagai dosen di universitas dan demikian juga disiplin dalam mengisi pengajian. Maka, tentulah demikian saat beliau mengisi pengajian di Radiorodja. Saya ingat betul bagaimana beliau selalu berusaha tidak absen dalam jadwal pengajian.

Saat pengajian telah berlangsung tiga atau empat kali, beliau teringat akan salah satu janji beliau sebelumnya untuk menemani Ibunda beliau melakukan umrah. Jadwal keberangkatan ke Mekah dari Madinah rupanya bertabrakan dengan jadwal pengajian di Radiorodja. Maka beliau sempat bingung dan bimbang.

Saya sampaikan kepada beliau, “Tidak apa-apa, Syaikh. Pekan ini kita liburkan dulu, atau kita ganti jadwal di hari lain.”

Maka beliau berkata, “Tidak bisa begitu, Firanda, aku tidak ingin mengubah jadwal. Kasihan kalau ada pendengar yang menunggu. Semoga saja jadwal keberangkatan ke Mekah bisa diubah waktunya. Aku akan kabari engkau nanti sore atau besok.”

Akhirnya, Alhamdulillah, jadwal keberangkatan beliau ke Mekah bisa diubah, dan pengajian berjalan sebagaimana biasanya.

Pernah suatu saat beliau harus bersafar ke kota Riyadh (ibu kota Arab Saudi) untuk mengisi pengajian, dan ternyata jadwal penerbangan ke Riyadh hanya ada dua pilihan, jam 6 sore atau jam 12 malam, sedangakan perjalanan dari Madinah ke riyadh membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Artinya jika syaikh memilih keberangkatan jam 6 sore maka pengajian di Radiorodja harus diliburkan karena tidak akan keburu, namun jika syaikh memilih keberangkatan pukul 12 malam maka beliau akan tiba di bandara Riyadh sekitar pukul 2 dini hari. Namun subhaanallah beliau tetap memilih harus bersafar di tengah malam agar kajian di Radiordja tidak diliburkan.

Bahkan pernah suatu hari, pas di pagi hari istri beliau melahirkan, dan masih harus rawat nginap di rumah sakit bersalin, namun sorenya syaikh masih menyempatkan waktu untuk mengisi pengajian di Radiorodja. Subhaanallah sungguh luar biasa semangat dan kedisiplinan beliau.

Pada kesempatan yang lain, Syaikh mempunyai rencana liburan bersama keluarganya ke luar kota, Thaif, selama sekitar satu minggu. Beliau menelepon saya dan bertanya, “Kajian minggu depan, bagaimana pelaksanaannya?”

Seperti biasa, dengan mudahnya saya menjawab, “Tidak apa-apa, Syaikh. Kajian minggu depan kita liburkan saja dulu.”

“Tidak bisa,” jawab Syaikh. “Ya Firanda, usahakan agar pengajian tidak libur. Coba pikirkan bagaimana jalan keluarnya.”

Sejenak aku memikirkan teknis yang memungkinkan untuk melaksanakan converence. “Ada beberapa yang bisa dilakukan, Syaikh. Pertama, dengan menggunakan sistem converence. Syaikh menyampaikan pengajian dari Thaif, adapun saya menerjemahkan dari Madinah. Atau ada pilihan kedua, saya ikut ke Thaif, dan kita mengisi pengajian bersama seperti biasa.”

Lalu syaikh berkata, “Yang kedua lebih baik. Kalau begitu, engkau ajak keluarga dan anak-anakmu ke Thaif, nanti saya yang atur masalah penginapannya.”

Akhirnya, dengan senang hati saya berangkat ke Thaif bersama keluarga. Apalagi selama ini saya belum pernah ke Thaif, kota yang subur dan indah. Sesampainya di sana, bukan hanya uang penginapan yang diberikan oleh Syaikh, bahkan uang jajan pun kami dapatkan dari beliau. Beliau pun mengajak kami mengunjungi tempat-tempat rekreasi di Thaif, atau minimal beliau menunjukkan jalan untuk bisa sampai ke tempat-tempat tersebut. Beberapa kali beliau menelepon saya, memastikan apakah saya udah sampai di tempat-tempat rekreasi tersebut atau belum.

Beliau juga menunjukkan lokasi restoran Indonesia. Dan kebetulan saat kami di Thaif, salah satu materi pengajian beliau menyinggung tentang wajibnya menaati tata tertib lalu lintas. Setelah dua hari di Thaif, saya pun kembali ke Madinah, sementara beliau masih tetap melanjutkan liburan di Thaif. Setelah sampai di Madinah ternyata Syaikh kembali menelepon dan bertanya kapan sampai di Madinah. Maka saya kabarkan kepada beliau bahwa waktu pulang dari Thaif ke Madinah membutuhkan waktu perjalanan sekitar delapan jam.

“Kok, terlambat?” tanya Syaikh. Sebab, waktu saya berangkat dari Madinah ke Thaif, waktu tempuhnya hanya lima jam dengan kecepatan 160 km/jam.

“Karena saya mengikuti nasihat Syaikh,” kata saya. “Bukankah di Thaif, Syaikh menyampaikan tentang menaati tata tertib lalu lintas? Karena itu, waktu pulang ke Madinah saya menyetir mobil hanya dengan kecepatan 120 km/jam.” [3]

Beliau pun tertawa mendengar penjelasan tersebut.

Kedisiplinan beliau ini tentunya merupakan pelajaran berharga bagi kita para da’i maupun para penuntut ilmu. Betapa seringnya kita terlambat hadir dalam pengajian, dan betapa seringnya para da’i terlambat datang di tempat pengajian, sehingga akhirnya para hadirin juga sudah mengetahui bahwa jam kita jam karet. Secara tidak langsung kitalah para da’i yang mengajari para hadirin untuk jam karet.

Yang lebih menyedihkan lagi, betapa sering para da’i bolong-bolong dalam mengisi pengajian rutin, yang akhirnya membuat para hadirin berkurang sedikit demi sedikit. Bahkan bisa jadi pengajian bisa buyar sama sekali. Oleh karena itu hendaknya kita memberikan contoh kedisiplinan kepada para mad’u.

Perhatikan juga semangat beliau yang bersedia mengisi pengajian di Radiorodja setiap hari, padahal waktu beliau yang sangat sibuk. Namun demikianlah, tidaklah kita menuntut ilmu kecuali untuk bisa berdakwah.

[1] Alhamdulillah sekarang telah tersedia dua kursi yang empuk, sehingga kami berdua sama-sama duduk di kursi yang empuk.

[2] Diantara koreksi yang sering disampaikan kepada saya perihal penerjemahan adalah tempo bicara saya yang begitu cepat. Saya sudah sering berusaha untuk merubah kekurangan saya ini, namun -qodarullah- hingga saat ini masih belum berubah. Bahkan pernah suatu saat saya mengisi pengajian di kota Pekalongan, ketika saya sedang menggebu-gebu menyampaikan kajian, tiba-tiba ada selembar kertas yang disampaikan ke meja podium. Saya pun segera membuka secarik kertas tersebut, ternyata isinya ,”Maaf ustadz, kecepatannya tolong 30 km/jam saja”. Sayapun tersenyum menyadari kekurangan saya.

Kesulitan saya untuk merubah cepatnya ritme tempo bicara saya dikarenakan saya besar di kota Sorong Propinsi Irian Jaya. Sejak berumur sebulan saya bertempat tinggal Irian Jaya dan tidak pernah keluar dari Irian Jaya kecuali tatkala berumur 20 tahun. Hal ini sangat mempengaruhi pola ritme bicara saya. Karena penduduk Irian Jaya cepat dalam berbicara. Kami sering menyingkat pembicaraan kami karena saking sepatnya pembicaraan kami. Sebagai contoh, untuk mengatakan “Saya pergi main bola”, maka kami ungkapkan dengan singkat, “Sapi main bola”.

[3] Oooh iya, mungkin para pembaca agak kaget saya mengendarai mobil dengan kecepatan 160 km/jam. Memang kondisi kendaraan dan jalan raya di Arab Saudi berbeda dengan di Indonesia, rata-rata di Arab Saudi kendaraan ber cc tinggi, selain itu jalan antar kota yang sangat lebar dan cenderung sepi. Hal inilah yang memancing para pengendara mobil mengendarai mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Bahkan pernah suatu kali saya naik mobil taksi dari kota Madinah menuju kota Jedah yang berjarak sekitar 400 km, maka sang supir mengendarai kendaraan dengan kecepata 220 km/jam. Tidak ada satu kendaraanpun didepannya kecuali dia melambunginya. Sungguh hal yang sangat mengerikan, sehingga jarak 400 km hanya ditempuh sekitar 2 jam saja. Selama perjalanan jika saya membuka mata maka sungguh mengerikan pemandangan yang ada di hadapan saya, terkadang jantung mau copot rasanya. Saya lebih suka memejamkan mata sambil mengulang-ngulang dzikir Laa Ilaaha illallaahu, siapa tahu terjadi apa-apa ??!!.  Saya sendiri yang sudah mengendarai mobil dengan kecepatan 160 km/jam pun terkadang masih diklakson-klakson oleh mobil-mobil yang ada dibelakang yang tentunya melaju dengan kecepatan yang lebih cepat lagi.
📌📌📌📌📌📌📌
(Copas dari Group Alumni Ma'had Abu Hurairah Lombok).

3 Syarat selamat dari neraka

Kamis, 20 Muharram 1436 H
           13 November 2014 M

:: 3 Syarat Selamat Dari Neraka ::

Hal yg paling membahagiakan bg seorang hamba ialah tatkala ia bisa selamat dari kerasnya adzab api Neraka. Dlm hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kita petunjuk supaya kita benar-benar selamat dari jilatan api Neraka :

Dlm sebuah hadits disebutkan,

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ما من عبد يعبد الله و لا يشرك به شيئا و يقيم الصلاة و يؤتي الزكاة و يجتنب الكبائر إلا دخل الجنة قال : فسألوه : ما الكبائر ؟ قال : الإشراك بالله و الفرار من الزحف و قتل النفس

Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang hamba menyembah ALLAH dan tidak menyekutukan-NYA sedikit pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menjauhi al-Kaba’ir (dosa-dosa besar), kecuali ia dijamin masuk ke dalam surga.” Perawi berkata, “Maka para sahabat bertanya. “Apakah al-Kaba’ir (dosa-dosa besar) wahai Rasulullah?.”. Beliau menjawab, “(Semisal) berbuat kesyirikan, lari dari medan pertempuran, dan membunuh jiwa (tanpa hak).”

(HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak. Shahih)

Jadi untuk selamat dari api Neraka kita membutuhkan 3 syarat berikut ini;

1. Tidak menyekutukan ALLAH, masuk di dlmnya tidak melakukan kekufuran. Atau sederhananya mengamalkan rukun iman.

2. Melaksanakan kewajiban-kewajiban di dlm rukun Islam.

3. Menjauhi dosa-dosa besar

Apabila ketiga hal tersebut dilaksanakan oleh seorang hamba hingga ia menjumpai ALLAH, maka bisa dipastikan ia akan masuk ke dlm Surga dengan selamat, tanpa terjilat api Neraka. Berbeda halnya dengan seorang muslim yg mati dalam keadaan melakukan dosa-dosa besar SELAIN SYIRIK, maka diakhirat ia terancam masuk Neraka terlebih dahulu, sehingga dosa-dosa besarnya habis barulah ia diangkat ke dalam Surga.

Tentu setiap dari kita tidak ingin, barang sedetik pun merasakan jilatan api Neraka, bukankah demikian?. Krn adzab Neraka begitu pedih dan menyiksa.
_______________________
 
(Sumber: Pesan ini disebarluaskan oleh BB Dakwah Al-Sofwa  24C805BD)

Al Quranku

📲 PESAN INDAH

"Hal yang membuatku malu pada diri sendiri 😔"
💡Pernahkah kamu berpikir andai kita perlakukan Quran 📗 seperti halnya hape📱kita saat ini..❓

Lihat...
💡Bagaimana kalau kita selalu membawanya kemanapun kita pergi ❓❓ dalam tas🎒  & saku❓

💡Bagaimana jika kita selalu melihatnya dan membacanya  beberapa kali dalam sehari❓

💡Betapa kita gugup dan terburu-buru🏃 balik pulang saat lupa membawanya ❓

💡Bagaimana jika kita mperlakukn Quran📗 seolah kita tak bisa hidup tanpanya..❓

- dan memang benar, kita tak bisa hidup tanpanya...❗❗

💡Bagaimana jika kita berikan itu kepada anak2👭👬 kita sbg hadiah🎁❓

💡Bagaimana jika kita selalu sempatkan untuk membacanya disaat bepergian🚗🚆🚊🚈🚅✈❓

💡Bagaimana jika kita buat dia sebagai prioritas✅❓
Seperti contoh status berikut :
" Quran📗 is my best friend 💞."

💡Mungkin hanya 7% yg akan menyebarkan pesan ini...😞

💡Jadilah salah satu dari mereka 👳dan sebarkan ✊ kepada saudara2  muslim👭👬👫 lainnya.

💡Janganlah jadi bagian dari 93% yg enggan menyebarkn pesan ini...

💡Coba pikirkan tentang Hari Pembalasan, sekalipun sekali saja

💡Kita sadar betul kalau hampir setiap hari selalu membuka dan bertukar pesan📱, email📮 dsb. dg teman2 👫👬👭

💡Kita share/forward♻ 😂 guyonan & gosip

Tapi,💡Berapa kali kita buka Quran📗 dan membaca firman Allah❓❓

💡Jika kamu bersama teman2mu👫👭👬  atau keluargamu👪👪, bagikan pesan📲 ini kepada mereka...!!

🔎🔍Terbukti dalam Penelitian :
✔Mdengarkn🔊Quran  mngurangi menyebarnya sel kanker.          🎃 ditubuh manusia bahkan menghancurkannya
✔Memanjangkan sujud semakin menguatkan ingatan dan mencegah stroke

Setan 👹 berkata:
"Aku heran bagaimana bisa manusia mengatakan mereka cinta Allah tapi mengabaikan perintahNya, dan mengklaim benci padaku, �tapi nyatanya mereka patuh pada rayuanku! "

💡Hanya butuh waktu sebentar untuk menyebarkan pesan ini kepada orang2 tercinta sebagai pengingat...

Jumat, 14 November 2014

Simple SNMP

root@server:~# apt-get install snmp snmpd
root@server:~# nano /etc/snmp/snmpd.conf
rocommunity public 192.168.0.0/255.255.255.0
rocommunity public  localhost
rocommunity public  192.168.1.0/255.255.255.0
syslocation "nama server"
syscontact noc@stikom-db.ac.id
disk /


root@server:~# nano /etc/default/snmpd
# snmpd options (use syslog, close stdin/out/err).
#SNMPDOPTS='-Lsd -Lf /dev/null -u snmp -g snmp -I -smux -p /var/run/snmpd.pid'
  SNMPDOPTS='-LS 0-4 d -Lf /dev/null -p /var/run/snmpd.pid'
root@server:~# service snmpd restart